Islamedia
- Isra Mi’raj termasuk salah satu peristiwa besar yang terjadi dalam
kehidupan Rasulullah saw Banyak makna yang terkandung dalam peristiwa
ini besar ini. Namun sayang hal tersebut sering terhalangi oleh berbagai
pemahaman dan pengamalan yang tidak berdasar.
Berikut ini, pelajaran yang dapat kita ambil dari peristiwa tersebut.
1. Di antara hikmah perjalanan Isra Mi'raj sebagaimana dinyatakan para
ulama adalah untuk menghibur Rasulullah saw yang saat itu mengalami duka
cita mendalam karena ditinggal orang-orang terdekatnya, yaitu Abu
Thalib dan Khadijah ra.
Hal tersebut memberikan pelajaran bahwa dakwah di jalan Allah Ta’ala,
meskipun sangat berat, penuh halangan dan rintangan, namun dibalik itu
Allah sediakan balasan dan kebahagiaan yang langsung dapat dia rasakan
dalam kehidupannya sebelum balasan di akhirat. Banyak hal yang
didapatkan ketika seseorang ikhlash berada dalam ‘gerbong dakwah'. Hal
mana tidak dia dapatkan pada selainnya. Dalam perjuangan di jalan Allah,
akan terasa manisnya keimanan, indahnya persaudaraan, nikmatnya
aktifitas dalam berbagai kegiatan, optimisme kehidupan dan dekatnya
pertolongan.
2. Dalam riwayat disebutkan bahwa Rasulullah saw melakukan shalat sebagai imam diikuti oleh para nabi sebelumnya.
Hal tersebut menunjukkan kepemimpinan Rasulullah saw di hadapan para
nabi. Sekaligus berisi pesan tentang misi dakwah Rasulullah saw yang
bersifat universal. Bukan hanya untuk satu suku dan golongan, tetapi
untuk semua umat manusia. Semua ajarannya berlaku untuk semua bangsa dan
golongan serta dapat direalisasikan.
Adalah keliru pandangan yang mengidentikkan Islam dengan Arab atau Arab
dengan Islam. Meskipun tidak dipungkiri bahwa Rasulullah saw diutus di
negeri Arab dan al-Quran diturunkan dengan bahasa Arab sedangkan
negeri-negeri Arab serta bangsa Arab menjadi pusat penyebaran Islam
Hal ini pada gilirannya menuntut kita untuk memiliki bekal yang mumpuni
tentang ajaran Islam, sehingga dapat memilah mana yang sesungguhnya
merupakan ajaran Islam dan mana yang sekedar adat atau budaya lokal
saja. Agar jangan sampai lagi ada kaum muslimin yang mengatakan bahwa
jilbab adalah budaya Arab sedangkan ‘Irama Padang Pasir’ justru
diperdengarkan sebagai pembuka pengajian (karena dianggap bagian dari
Islam).
3. Isra Mi’raj merupakan merupakan isyarat bahwa faktor utama kemenangan
kaum muslimin terhadap musuhnya adalah kuatnya hubungan dia kepada
Allah Ta’ala (Quwwatushshilah billah). Kita tidak menafikan kebutuhan
terhadap faktor-faktor yang bersifat materi, namun pangkal dari semua
itu adalah kekuatan hubungan kepada Allah.
Pada peristiwa ini, tampak sekali dekatnya hubungan Rasulullah saw
kepada sang Khaliq, bahkan kedekatan tersebut diperjelas dengan
diangkatnya beliau menemui-Nya dan kemudian menerima perintah langsung
ibadah shalat sebagai media untuk menjaga hubungan kepada Allah.
Sehingga seorang ulama mengatakan bahwa shalat adalah Mi’rajul Mu’min,
naiknya ruh seorang mukmin untuk menghadap Allah Ta’ala.
Karena itu dalam sirah Rasulullah saw, kita dapatkan bahwa setelah
peristiwa Isra Mi’raj, terjadi peristiwa Baiatul Aqabah pertama,
beberapa pemuda Madinah berbaiat kepada Rasulullah saw untuk menerima
Islam dan siap mendakwahkannya dengan berbagai resiko yang akan mereka
tanggung. Peristiwa ini kemudian menjadi tonggak utama bagi eksisnya
Islam di Madinah kemudian hari, dan berikutnya menjadi pintu bagi
tersebarnya Islam ke seluruh penjuru dunia.
4. Isra Mi’raj merupakan ujian keimanan setiap muslim untuk mempercayai
apa yang dibawa Rasulullah saw. Sebab peristiwa sebesar itu hanya dapat
diterima dengan bahasa keimanan dan keyakinan. Itulah sesungguhnya inti
dari aqidah; Meyakini tanpa keraguan. Bagi seorang muslim jika berita
tersebut benar bersumber dari Allah dan Rasul-Nya, maka tidaka ada
peluang bagi dirinya kecuali menerimanya dengan penuh keyakinan, tidak
ada yang mustahil dalam kekuasaan Allah Taala.
Sikap inilah yang ditunjukkan oleh Abu Bakar ash-Shiddiq ra ketika tanpa
ragu dia menyatakan keimanannya terhadap apa yang dialami Rasulullah
saw. Maka ketika orang-orang ingin mengetahui sikapnya tentang peristiwa
Isra Mi’raj Rasulullah saw, tanpa ragu beliau langsung menjawab, “Jika
benar itu dari Rasulullah, lebih dari itu aku akan percaya!” Karena itu
dia dijuluk Ash-Shiddiq (yang membenarkan).
Aqidah dan ajaran dalam Islam tidak bertentangan dengan akal sehat,
namun bukan berarti keimanan kita terhadap aqidah Islam bergantung
terhadap pemahaman logika.
5. Setelah menempuh perjalanan yang sangat fantastis, penuh keagungan
dan kebesaran Allah, diperlihatkannya surga dan neraka, namun akhirnya
Rasulullah saw kembali ke bumi di tengah masyarakatnya.
Hal ini memberikan pelajaran bagi seorang muslim, bahwa siapapun yang
ingin mengamalkan dan mendakwahkan ajaran Islam, hendaknya dia harus
hidup di tengah masyarakatnya dengan segala problematika dan
permasalahannya. Islam tidak hanya cukup ditampilkan kebesarannya di
atas podium, mimbar, dan kitab-kitab, tetapi kebesarannya harus mampu
ditampilkan dalam kehidupan nyata. Dan itu hanya dapat dilakukan ketika
semua muslim hidup di tengah masyarakatnya dan bergelut dalam
kesehariannya seraya tetap membawa nilai-nilai Islamnya dalam semua
aspek kehidupannya.
Tampilan Rasulullah saw dalam dakwahnya sungguh-sungguh merupakan
tampilan manusia biasa yang berada di tengah-tengah masyarakatnya,
beliau menahan lapar, terluka, bersembunyi, memakai baju perang, masuk
ke pasar, jalan ke lorong-lorong, menyelesaikan pertikaian antar pribadi
atau rumah tangga, dsb.
6. Isra Miraj memiliki pesan yang sangat dalam tentang ketekaitan erat
Masjidil Aqsha dalam hati umat Islam. Singgahnya Rasulullah saw di
Masjidil Aqsha dalam perjalanan Isra Mi'raj tentu bukan peristiwa yang
dapat dianggap sambil lalu, kecuali dia memiliki kedudukan istimewa di
tengah kaum muslimin.
Masjid yang hingga kini masih saja berada dalam kekuasaan kaum Yahudi
menjadi tantangan tersendiri bagi umat Islam untuk memiliki perhatian
khusus terhadapnya. Karena jatuhnya salah satu tempat suci kaum muslimin
di tangan Yahudi menjadi tanggung jawab tersendiri bagi kaum muslimin
untuk membebaskannya.
Pihak Yahudi berupaya sekuat tenaga agar masalah al-Aqsha disempitkan
sebagai masalah Timur Tengah, kemudian dipersempit lagi menjadi masalah
bangsa Arab, lalu dipersempit lagi menjadi masalah bangsa Palestina. Itu
jelas menyesatkan, karena sesungguhnya masalah al-Aqsha adalah masalah
kaum muslimin secara keseluruhan apapun ras dan suku bangsanya.
Karena itu, walau sekecil apapun, harus ada kontribusi yang dapat
diberikan seorang muslim untuk kebebasan Al-Aqsha dan bumi Palestina
dari cengkraman tangan-tangan Yahudi yang dimurkai Allah. Walau sekedar
untaian doa di sela-sela kekhusyuan ibadah kita kepada-Nya.
Wallahualam
Abdullah Haidir, Lc - Riyadh
0 komentar:
Posting Komentar