PKS NEWS UPDATE:
« »

Kamis, 31 Mei 2012

"SURAT EDARAN Nomor : 28/D/EDR/KDR-PKS/1433 SYIAR RAJAB 1433 H

SURAT EDARAN
Nomor : 28/D/EDR/KDR-PKS/1433
SYIAR RAJAB 1433 H

Memasuki bulan Rajab sebagai satu dari asyhurul hurum (empat bulan yang dimuliakan) sekaligus menyambut bulan Ramadhan 1433 H sebagai bulan ibadah dan dakwah, Bidang Kaderisasi Dewan Pengurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera menyerukan kepada seluruh kader dan simpatisan untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah –subhanahu wataala- dengan lebih komitmen melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah difardhukan, dan menambahnya dengan amalan-amalan sunnah yang telah diajarkan, sehingga mejadi gerakan dakwah yang layak mendapatkan pertolongan Allah –subhanahu wataala.
Agenda tarbiyah dan dakwah yang menjadi perhatian pada bulan ini adalah:
1. Meningkatkan pelaksanaan wajibat yaumiyah (kewajiban harian) kader yang mencakup shalat berjamaah di masjid, shalat sunnah rawatib, qiyamullail, witir, dhuha, tilawah, wirid pagi-sore,
2. Memperbanyak puasa pada bulan Rajab ini setidaknya puasa ayyamul bidh pada hari: ahad-senin-selasa (3,4,5 Juni 2012) dan menjadikannya sebagai pekan usbu’ ruhiy
3. Menjadikan satu di antara tiga hari ayyamul bidh ini untuk mabit bulan ini, dengan tema terlampir
4. Mengkaji bab Puasa (Shiyam) dari kitab Fiqh Sunnah Sayyid Sabiq
5. Memperbanyak doa “Allaahumma baariklanaa fii Rajaba wa Sya’baana wa ballighna Ramadhana.”     
اللهم بارك لنا فى رجب و شعبان وبلغنا رمضان

6. Meningkatkan hubungan baik dengan kedua orang tua, keluarga (suami-istri-anak), kerabat, dan tetangga
7. Meningkatkan peran sebagai murabbi; tilawah-tazkiyah-ta’lim,
Demikian syiar ini kami sampaikan agar menjadi perhatian seluruh kader dan simpatisan, mohon struktur kaderisasi di semua level, para nuqaba, dan murabbi turut mendukung serta memutaba’ah kegiatan ini. Semoga Allah -subhanahu wata’ala- memudahkan kerja kita semua, jazakumullah khairan.

Jakarta, 16 Mei 2012 M / 24 Jumadits Tsaniyah 1433 H
DEWAN PENGURUS PUSAT
PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
BIDANG KADERISASI
Musyaffa Ahmad Rahim, Lc., M.A.
Ketua Bidang

OPTIMALISASI TARBAWI UNTUK PEMENANGAN PEMILUKADA DKI JAKARTA

Inilah Surat Instruksi mengenai Pemenangan Pemilukada 2012 
SURAT INSTRUKSI No : 04/INS/DPP-PKS/IX/1433
Sarana tarbiyah adalah bagian tidak terpisahkan dari proses pemenangan Pemilukada DKI Jakarta. Terkait dengan hal tersebut maka Presiden Partai Keadilan Sejahtera: 
MENGINSTRUKSIKAN
  1. Seluruh anggota partai dari anggota pemula hingga anggota ahli diharuskan terlibat aktif dalam pemenangan Pemilukada DKI Jakarta.
  2. Disebabkan mesin pemenangan Pemilukada DKI Jakarta berbasis kelurahan, maka seluruh keterlibatan anggota partai dalam pemenangan Pemilukada DKI Jakarta dikelola oleh DPRa.
  3. Selama proses pemenangan Pemilukada DKI Jakarta seluruh liqoat tarbawiyah dilakukan dalam bentuk Liqo Tarbawi Pemenangan Pemilukada (LTPP) di DPRa.
  4. Seluruh anggota partai wajib hadir dalam Liqo Tarbawi Pemenangan Pemilukada (LTPP) di DPRa-nya masing-masing.
  5. Selama proses pemenangan Pemilukada DKI Jakarta, para ketua UPK berkewajiban untuk:
    • Menjadikan diri sebagai qudwah (contoh teladan) dalam kerja-kerja Pemenangan Dakwah.
    • Meningkatkan intensitas kehadiran anggotanya dalam pelaksanaan program LTPP.
    • Memutaba’ah kewajiban-kewajiban setiap anggotanya dalam hal:
  1. Kehadiran dalam program LTPP di DPRa
  2. Keterlibatan dalam aksi pemenangan yang dikelola oleh DPRa
  3. Keterlibatan anggotanya dalam silaturrahim atau ketok pintu 1 juta rumah
    • Memelihara dan mengokohkan rukun UPK antar anggotanya.
    • Menguatkan motivasi setiap anggotanya agar dapat mensukseskan program-program pemenangan dakwah.
 
Demikian instruksi ini disampaikan untuk dilaksanakan. Atas perhatian dan kerjasama yang baik kami ucapkan terima kasih.
 
Jakarta, 10 Jumadil Akhir 1433 H / 2 Mei 2012 M
LUTHFI HASAN ISHAAQ
Presiden

Puisi Ramadhan


Puisi Ramadhan

Ya Allah Kau datangkan lagi Ramadhan buatku
Ketika aku masih saja tak mampu mensyukuri RamadhanMU yang lalu
Hari hari Mu masih saja kulalui
Tanpa isi
Tanpa makna
Tanpa syukur
Bahkan dengan sikap TakaburKadang kami masih saja lupa bahwa Engkaulah Penentu
Kadang kami masih saja merasa kebenaran itu hanya punyaku
Yang lain bukan makhlukMU,
Yang lain bukan UmatMU

Dalam Doaku……
Sering kusampaikan dengan memaksa
Seolah akulah yang lebih tahu,dariMU, Sang Mahatahu
Doaku bukan harapan , tapi itu keharusan
Dan ketika ada satu yang tak KAU kabulkan
Seolah hilang seluruh nikmat yang KAU limpahkan

Puisi Ramadhan

Ada sekuntum hari
Dimana wanginya mengharumi bumi sepanjang waktu
Karena saat itulah kemahamurahan sang Khaliq berlimpah
Menyatu pada segala inti hidup

Adalah Ramadhan
Ia bertelaga bening
Airnya mutiara maghfiroh
Gericiknya dzikir dan tadarrus
Tepianya doa lemah lembut, lirih dan berpasrah hati
Siapa tak ingin jadi ikannya?
Mari berenang dengan kesunyian nafsu
Agar setiap sirip kita tak patah sia-sia

Ia rahasia
Tak sekedar lapar dahaga
Tapi sesungguhnya itulah hakekat cinta
Dan salah satu cara bertegur sapa dengan Alloh
Karena dengan lapar dan haus
Kita bisa lebih menyadari bahwa kita tak berpunya
Bisa lebih memahami
Bahwa kita tak lebih dari sebutir debu
Di antara kemahaluasan-Nya

Ia sepantasnya dirindukan
Karena ia lebih

Di cakrawala bertebar pengampunan, rakhmat
Dan segala kebaikan
Juga nuzulul qur’an dan lailatur qodar

Semoga puisi ramadhan ini bermanfaat, dan menjelang bulan yang penuh berkah, bulan yang dinanti-nantikan oleh seluruh umat muslim di seluruh penjuru dunia  ini kita bisa mendapatkan hikmah sebanyak-banyaknya. wassalam. :) 

http://merahitam.com/puisi-ramadhan.html

Ramadhan Bulan Perubahan

Perubahan setiap individu, umat dan bangsa merupkan salah satu tren yang berlaku pada saat itu, ia merupakan sunnatullah di dalam kehidupan ini, sebagaimana Allah SWT berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum hingga mereka mau merubah diri mereka sendiri”. (Ar-Ra’d:11)

Karena itu perubahan perilaku bukan sekedar angan-angan dan cita-cita belaka, namun merupakan kerja keras dan niat yang bersih serta perilaku yang lurus. Dan bulan Ramadhan yang mulia merupakan kesempatan yang sejati untuk melakukan perubahan, ia merupakan program nyata untuk melakukan perbaikan jiwa dan hati, dan titik awal untuk melakukan permbinaan umat:

Jangan katakan: dari mana saya memulai untuk mengawali taat kepada Allah
Jangan katakan: besok sajalah saya memulainya, karena boleh jadi ajal datang menjelang

Karena itu, Ramadhan merupakan bulan perubahan, untuk memperbaharui perpindahan ruh dan jasad sehingga mampu memperbaik kondisi dan merubahan internal kita. Dan perubahan yang positif tentang membutuhkan kita semua menuju kehendak yang matang, azimah yang kuat, dan usaha untuk melakukan perubahan. Allah SWT berfirman: “
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (Al-Baqarah:183)

Jika kita tidak merebut peluang di bulan perubahan ini, maka hilanglah dari kita kesempatan seumur hidup, kerana perubahan berarti senantiasa berada pada kebenaran, suatu revolusi (perubahan) atas kepalsuan, penipuan, ucapan sia-sia dan kedustaan. Sebagaimana sabda Rasulullah saw: 
من لم يدَعْ قولَ الزور والعملَ به، فليس لله حاجةٌ في أن يدع طعامه وشرابه
Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta dan perbuatannyamaka Allah tidak butuh padanya dalam meninggalkan makan minumnya. ” (Bukhari),
 dan Nabi saw juga bersabda: 
ليس الصيامُ من الأكل والشراب، إنما الصيامُ من اللغو والرفث، فإن سابك أحد أو جهل عليك فقُل: إني صائم إني صائم
“Tidaklah puasa itu hanya menahan dari makan dan minum, tetapi puasa (menahan diri) dari ucapan sia-sia dan kotor. Jika ada seseorang yang menghardik kamu atau orang jahil menguji kamu katakanlah: “Saya sedang puasa, saya sedang puasa” (Diriwayatkan oleh Al-Hakim dan disahihkan oleh Albani),

Namun semua ini bersumber hanya dari orang yang jujur ​​dengan Khaliqnya. Sehingga Allah akan membenarkan apa yang dilakukan hamba-Nya.

Di antara hasil perubahan terbesar pada bulan Ramadan: Penyerahan penuh kepada hukum (undang-undang) Allah, pelaksanaan perintah dan syariat-Nya sehingga menghasilkan sosok individu yang bertakwa kepada Allah dalam semua keadaan, karena itu bulan Ramadan yang merubah tabiat kehidupan secara keseluruhan sebagai penjamin untuk melakukan perubahan dalam kehidupan individu dan keluarga melalui program-programnya yang Rabbani dan Istimewa.

Dan diantara  perubahan pada bulan Ramadan: ketelitian, komitmen dan disiplin terhadap waktu, Anda dapat melihat seluruh umat duduk di hadapan hidangan berbuka saat menunggu waktu berbuka, dan umat seluruhnya mennahan dirinya dari makan, minum dan hubungan seks mulai waktu Imsak, sebagaimana Anda juga melihat seluruh umat berada dalam satu shaff saat menunaikan shalat, qiyam dan tarawih; ini tampak jelas jika dilihat dari atas atau jauh tentang pemandangan umat yang berada dalam suatu sistem, ketelitian dan susunan yang rapi.

Salah satu perubahan yang paling menakjubkan dalam bulan Ramadhan: waktu berbuka yang tidak boleh dilengahkan dan tidak ditangguhkan walaupun hanya satu menit. Rasulullah saw telah menjelaskan dalam sabdanya:
لا تزال أمتي بخير ما عجلوا الفطور وأخروا السحور
“Umatku akan terus dalam kebaikan selagi menyegerakan berbuka dan melambatkan makan sahur.”
Hal ini menegaskan akan hubungan yang erat antara Ramadan dan umat secara keseluruhannya.

Dan diantara perubahan yang paling lengkap pada bulan Ramadan: kita memelihara nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepada kita dengan melakukan revolusi rakyat dan meraih hasilnya, bahwa cepatnya perubahan yang telah terjadi dan sedang berlaku merupakan tanda kekuasaan Allah bahwa pelaksanaan hukum-hukum alam pada sesuai dengan kadar kemampuan manusia. Inilah peluang yang telah tiba pada bulan Ramadan; untuk melaksanakan  revolusi bangsa Arab dan memperolehi kemerdekaan mereka. Perubahan secara aman  yang diinginkan oleh rakyat dan kesadarannya yang berkesinambungan terhadap revolusi dan terus memeliharanya walaupun harus masih menghadapi berbagai cobaan dan rintangan, Ini semua adalah hasil rancangan dan rekayasa Allah semata, yang telah mengejutkan Barat dan Timur, sepertimana telah mengejutkan para ahli politik dan ahli-ahli fikir dari kaum muslimin serta lain-lainnya.

Salah satu sikap perubahan yang paling kuat dalam bulan Ramadan: Memecahkan perasaan takut dan ancaman yang menghantui jiwa, yang menegaskan bahwa kekuatan yang sebenarnya kembali untuk meminta pertolongan dan perlindungan hanya kepada Allah. Sehingga dengan demikian para diktator dan rejim zalim tidak dapat menindas rakyat nya sewenang-wenang lagi dan tidak boleh menjatuhkan kepada kita pelbagai jenis ketidak-adilan dan kezaliman, sebagaimana yang dijanjikan Allah SWT: 
وَنُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الأَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمْ الْوَارِثِينَ. وَنُمَكِّنَ لَهُمْ فِي الأَرْضِ وَنُرِي فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا مِنْهُمْ مَا كَانُوا يَحْذَرُونَ
Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi). Dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir’aun dan Haman beserta tentaranya apa yang se- lalu mereka khawatirkan dari mereka itu”. (Al-Qashash:5-6)

Akhirnya, Ramadan adalah bulan perubahan dan perbaikan untuk umat:

Salah satu syi’ar terbesar yang menjadi kontribusi penyatuan bangsa Arab dan umat Islam dengan berbagai negara, mazhab, bahasa dan adatnya; seluruh umat Islam di seluruh dunia sepakat bahwa puasa pada bulan Ramadan adalah kewajiban yang termaktub dalam rukun Islam.

Di bulan Ramadan juga ada semangat umat Islam mengeluarkan zakat harta; dimana hal tersebut dapat menjadi kontribusi dalam mengentaskan masalah pengangguran dan tindak kriminal secara bersamaan, mengentaskan kemiskinan dunia, dimana secara statistik menunjukkan bahwa terdapat lebih dari satu milyar seratus juta (1,100,000,000) orang miskin dan sangat miskin di dunia.

Di bulan Ramadan umat Islam mengeluarkan Zakat fitrah untuk orang yang memerlukan dan tidak memerlukan, untuk mewujudkan’takaful’ (gotong royong) yang sebenarnya. Dan inilah yang ditegaskan lebih dari 130 ayat dalam al-Quran, dan beratus-ratus hadith nabi saw dalam menggalakkan untuk menderma dan mengorbankan harta kepada orang yang memerlukan dan miskin baik yang muslim atau non muslim.

Ramadan juga menegaskan akan kemerdekaan umat yang memiliki ciri-ciri tertentu dalam menghadapi serangan globalisasi yang menyeru kepada pengrusakan nilai-nilai dan akhlak, karena umat Islam memiliki performa tersendiri, Allah SWT berfirman:
صِبْغَةَ اللَّهِ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ صِبْغَةً وَنَحْنُ لَهُ عَابِدُونَ
Shibghah Allah. dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? dan hanya kepada-Nya-lah Kami menyembah”. (Al-Baqarah: 138). 
(Shibghah artinya celupan. Shibghah Allah: celupan Allah yang berarti iman kepada Allah yang tidak disertai dengan kemusyrikan.pent).

Bulan Ramadan mengingatkan kita beberapa kemenangan umat dalam sejarahnya. Dua kemenangan yang paling besar dan fenomenal pada zaman Nabi saw adalah Perang Badar dan penaklukan Makkah yang terjadi dalam bulan Ramadhan, penaklukan Andalusia yang dipimpin oleh Tariq ibn Ziyad adalah terjadi pada tanggal 28 Ramadan tahun 92 Hijriah, dan Pertempuran Ain  Jalut, yang berhasil mengalahkan Mongol terjadi pada tanggal 15 Ramadan tahun 658 Hijriah. Begitu juga Allah telah memberikan kemenangan pada tanggal 10 Ramadan tahun 1383 H (6 Oktober 1973) atas Zionis perampas tanah dan tempat suci kita. Ini sesuai dengan janji Allah SWT yang telah berfirman: 
وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ
(Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman”. (Ar-Ruum: 47″

Oleh karena itu semua, marilah kita jadikan Ramadan sebagai bulan perubahan supaya kita lebih dekat dengan pertolongan Allah yang senantiasa diberikan kepada orang-orang yang dekat dengan-Nya. Allah berfirman:
وَيَقُولُونَ مَتَى هُوَ قُلْ عَسَى أَنْ يَكُونَ قَرِيبا
“Lalu mereka akan menggeleng-gelengkan kepala mereka kepadamu dan berkata: “Kapan itu (akan terjadi)?” Katakanlah: “Mudah-mudahan waktu berbangkit itu dekat”,(Al-Isra’: 51).

Selawat dan salam atas Nabi Muhammad saw, keluarga dan para sahabatnya.
Dan Allah adalah Maha Besar dan segala puji hanya milik Allah.

Cairo 20 sya’ban 1432 H/21 Juli 2011 M
DR. Muhammad Badi’

Meneladani Yoyoh Yusroh, Sang Permata Yang Setahun Lalu Meninggal Kita

Islamedia - Allah memanggilnya pada 21 Mei 2011 silam. Genap setahun sudah ia pergi meninggalkan kita, namun sangat banyak saham kebajikan dan jejak kebaikan untuk kita teladani bersama.

"..sebagai apa pun kita adalah on mission untuk menyampaikan risalah dakwah ini dan dakwah kita semakin banyak diminati oleh orang lain dan kerja kita semakin ringan tentunya dengan banyaknya pendukung-pendukung dakwah ini. Dan insya Allah diri kita akan bertemu di surga," kata Yoyoh Yusroh dalam video taujih terakhirnya. Ia seakan menjadi salam perpisahan kepada seluruh kader dakwah.

On mission, kata itu sangat tepat untuk menggambarkan kiprah daiyah ini. Dalam berbagai peran hidupnya ia membingkainya dengan misi dakwah; sebagai istri bagi suaminya, sebagai ibu bagi 13 putra-putrinya, sebagai qiyadah bagi kader dakwah, sebagai daiyah, dan sebagai politisi Muslimah. Ia mengukir sejarahnya dengan indah laksana permata.

“Ketika kita menghadapi anak-anak, anggap saja kita sedang duduk di taman bunga. Lihatlah perilaku anak-anak kita, semuanya indah. Walaupun ada bunga yang layu, tetap masih ada bunga yang mekar, masih ada yang berwarna-warni” kata-kata Yoyoh Yusroh yang dikutip dalam buku Langkah Cinta untuk Keluarga itu menggambarkan betapa luarbiasanya ibu dari 13 putra-putrinya itu. Maka tak heran jika mereka tumbuh shalih-shalihah dan berprestasi, sebab sang ibunda membersamainya dengan cinta sejak dini. 


Kesibukan sebagai anggota DPR tak mengurangi kualitas cinta dan kasih sayangnya kepada mereka. Paradigma keibuannya adalah: "Investasi terbesar bukanlah harta, tetapi investasi dunia akhirat adalah anak-anak yang tumbuh menjadi shalih, cerdas, dan bermanfaat bagi sesama."

Sebagai daiyah, Yoyoh Yusroh bukan saja kaya prestasi seperti mendapatkan penghargaan International Muslim Women Union (IMWU) tahun 2000, International Muslim Women Union (IMWU) tahun 2003, dan Mubaligh National dari Departemen Agama RI tahun 2001. Ia juga memiliki kemampuan hebat untuk menyentuh hati mad'unya. Seorang penulis memberikan kesaksian, "entah berapa banyak unta merah-unta merah yang telah memenuhi lembahnya di surga (insya Allah)."

Mengapa kata-kata ibunda Yoyoh Yusroh seperti magnet yang bahkan mampu menarik teman separlemen untuk menerima dakwahnya? Ternyata keterjagaan ruhiyah adalah rahasianya. Ada dua amalan yang tidak pernah beliau tinggalkan, yaitu qiyamul lail dan tilawah minimal dua juz sehari.

Ada banyak orang yang setelah meninggal langsung dilupakan orang. "Apa artinya usia panjang namun tanpa isi," kata Ustadz Rahmat Abdullah, teman seperjuangan Ustadzah yoyoh Yusroh, "sehingga boleh jadi biografi kita kelak hanya berupa tiga baris kata yang dipahatkan di nisan kita : 'Si Fulan lahir tanggal sekian-sekian, wafat tanggal sekian-sekian'".

Jika banyak orang yang sejarahnya hanya ditulis tiga baris, sedikitnya terbit tiga buku tak lama setelah kepergian Yoyoh Yusroh, untuk mengenang sejarah dan kiprahnya. Kita yang ingin meneladani beliau, terutama para muslimah, para akhwat daiyah, perlu membaca buku-buku itu: Yoyoh Yusroh Mutiara yang Telah Tiada, Langkah Cinta untuk Keluarga, dan Langkah Cinta untuk Indonesia.

Semoga kita mampu meneladani kebaikan sang permata ini dan meneruskan perjuangannya. Lalu kita berharap seperti salam perpisahan dalam video taujih terakhirnya: "insya Allah diri kita akan bertemu di surga." [Muchlisin]

5 Sebab Dosa Kecil Menjadi Besar

-ilustrasi-


“Sesungguhnya,” kata Ibnu Qayyim Al Jauziyah, “Al-Qur’an, As-Sunnah, ijma’ sahabat dan tabiin telah menunjukkan bahwa dosa itu ada dua. Ada dosa besar, ada dosa kecil.”

Dosa kecil sebenarnya bisa diampuni Allah dengan mudah melalui istighfar dan ibadah mahdhah seperti shalat lima waktu dan puasa Ramadhan. Dosa kecil juga tidak mendapatkan ancaman khusus dan laknat Allah seperti halnya dosa besar. Namun, dosa kecil ternyata bisa berubah menjadi besar, jika terpenuhi salah satu dari 5 hal berikut ini.


5 sebab dosa kecil bisa berubah menjadi besar itu adalah :


1. Meremehkan dosa dan menganggapnya biasa saja

Ada orang-orang yang ketika melakukan dosa kecil ia menganggapnya sebagai hal yang biasa, terhapus dengan sendirinya atau tidak mempedulikannya. “Ah, ini mah dosa kecil.” “Biasa, yang beginian tak menyebabkan masuk neraka.” Dan komentar-komentar sejenisnya.

Rasulullah SAW bersabda, “Takutlah kalian dari tindakan meremehkan dosa.” (HR. Ahmad, dishahihkan Al Albani).


“Dosa kecil bisa menjadi besar,” fatwa Imam Auza’I, “jika seorang hamba menganggapnya kecil dan meremehkannya.”


2. Dikerjakan berulang-ulang (terus-menerus)

Sesuatu yang kecil, jika terus ditumpuk dan dikumpulkan, maka ia akan membesar. Sebuah peribahasa mengatakan, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Demikian pula dengan dosa kecil. Jika ia terus diulang, ia pun menjadi besar.

“Bukanlah dosa kecil jika dikerjakan terus menerus,” kata Ibnu Abbas, “dan bukanlah dosa besar jika diiringi taubat.”


Umumnya, pengulangan atau pembiasaan dosa itu berawal dari sikap meremehkan dosa. Lanjutan hadits pada poin 1 di atas menegaskan membesarnya dosa yang terus menerus dikerjakan.

“Sesungguhnya perumpamaan orang yang meremehkan dosa bagaikan sekelompok orang yang singgah di sebuah lembah. Ia datang membawa kayu dn terus menerus membawa kayu hingga (kayu itu menumpuk) mereka dapat memasak makanan mereka.” (HR. Ahmad, dishahihkan Al Albani).

3. Menyukai perbuatan dosa tersebut

Yaitu orang yang ketika dan setelah melakukan dosa timbul kepuasan dan kesenangan dalam jiwanya.

“Termasuk dosa besar adalah,” kata Imam Ghazali dalam
Ihya’, “merasa senang, gembira dan bangga dengan dosa.”

4. Memamerkan dan mendemonstrasikan dosa tersebut

Dewasa ini, jumlah orang yang melakukan hal keempat ini cenderung makin banyak. Bahkan bukan hanya dosa kecil, untuk dosa besar pun sebagian orang melakukannya secara terbuka sekaligus memamerkan dan mendemonstrasikannya. Misalnya dengan media video yang diupload di Youtube dan sebagainya. Selain menunjukkan peremehan terhadap dosa, poin keempat ini juga memicu orang lain melakukan dosa yang sama akibat contoh yang ia lakukan dan dengan demikian dosanya menjadi berlipat-lipat.

Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa menyeru/mendakwahkan kesesatan, maka ia mendapatkan dosa seperti dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.”


5. Jika yang mengerjakannya adalah tokoh atau panutan

“Orang yang berbuat dosa, sedangkan ia adalah seorang alim yang menjadi panutan,” tulis Ibnu Qudamah dalam Mukhtashar Minhajul Qashidin, “jika ia paham dan tahu akan dosanya tetapi malah menerjang dosa tersebut, maka dosa kecilnya itu berubah menjadi dosa besar.”

Selain faktor peluang diikuti oleh umat/pengikutnya, dosa kecil yang dilakukan oleh seorang tokoh/ulama juga berpotensi membawa opini dan citra negatif terhadap Islam.


Demikian 5 sebab dosa kecil menjadi besar, semoga Allah menjauhkan kita dari kelimanya. []


* http://www.bersamadakwah.com/2012/03/5-sebab-dosa-kecil-menjadi-besar.html

Rabu, 30 Mei 2012

“PKS Mendingan Bubar Aja Deh…”

Logo PKS "Bekerja untuk Indonesia"
dakwatuna.com - Bismillahirrahmanirrahim…
Kita berbicara tentang sebuah partai politik di Indonesia kali ini, bukan Partai Demokrat sang pemenang pemilu 2009 atau pun Golkar pemenang pemilu 2004 atau PDIP pemenang pemilu tahun 1999, partai ini belum pernah menjadi pemenang pemilu, prestasi terbaiknya “hanya” menduduki peringkat ke-4 di Pemilu 2009 dan belum berhasil mencapai target suara yang telah dicanangkan, yaitu 20 juta suara di Pemilu 2009.

Partai itu adalah Partai Keadilan Sejahtera atau PKS. Partai  yang didirikan di Jakarta pada hari Sabtu, tanggal 9 Jumadil ‘Ula 1423 bertepatan dengan 20 April 2002. PKS adalah kelanjutan dari Partai Keadilan yang didirikan pada hari Senin, tanggal 26 Rabi’ul Awwal 1419 bertepatan dengan 20 Juli 1998.

Partai yang sudah melahirkan banyak tokoh dalam blantika politik Indonesia, seperti Nurmahmudi Ismail (mantan menteri Kehutanan dan sekarang Walikota Depok), Hidayat Nur Wahid (mantan ketua MPR) Tifatul Sembiring (Menkominfo), Gatot Pudjo Nugroho (Plt. Gubernur Sumatera Utara), Ahmad Heryawan (Gubernur Jawa Barat), Irwan Prayitno (Gubernur Sumatera Barat), Sa’aduddin (Bupati Bekasi) dan tokoh lainnya. Partai ini pun banyak menghasilkan  politisi muda yang cerdas, seperti Anis Matta, Fahri Hamzah, Andi Rahmat, Mahfudz Sidiq, Nasir Djamil, Mustafa Kamal dan politisi muda lainnya. Barisan wanitanya pun tak kalah hebat terlahir dari Partai ini, seperti Yoyoh Yusroh, Nursanita Naustion, Ledya Hanifa serta lainnya. Bukan di bidang politik saja, Partai ini pun banyak menelurkan para sastrawan hebat seperti Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, M. Yulius dan lain-lain.

Tapi bukan kehebatannya yang akan kita bicarakan saat ini. Ini masalah nasib PKS saat ini yang terasa “memprihatinkan”. Lihat saja beberapa bulan lalu mereka dikejutkan dengan manuver dari mantan pendiri mereka, sang Presiden PKS dikatakan sebagai mantan mujahidin Afghanistan yang membuat para pemilih PKS yang tidak terlalu “ekstrem” dalam masalah jihad memikirkan ulang untuk memilih PKS karena takutnya PKS punya “hidden agenda” untuk Indonesia. Lalu sang Presiden dilaporkan ke BK DPR-RI karena menerima uang dari Jusuf Kalla yang sudah dibantah sendiri oleh JK. Sang pelapor tidak membawa bukti apa-apa, selain “katanya”. Sekjennya pun dilaporkan ke KPK terkait dugaan penggelapan dana yang sudah di-clearkan juga karena jumlahnya berbeda dengan yang diaudit KPUD DKI kala itu. Belum lagi masalah 3 petingginya yang poligami, lalu laporan ke polisi tentang presidennya dan polisi menolak laporan tersebut. Semua ini jelas terlihat bahwa memang PKS saat ini sedang memprihatinkan.

Lihat saja, mana ada liputan tentang pekerjaan para kadernya di tingkat grassroot, adakah liputan tentang Forsitma (Forum Silaturahmi Majelis Ta’lim) atau liputan bahwa kader-kader partainya selalu mengadakan bakti sosial di tiap 2 bulan?? Tidak ada, yang ada paling hanya cibiran bahwa mendekati majelis ta’lim karena ingin suara, “mengadakan baksos kok pake cerita-cerita, itu riya namanya”. Apalagi yang dibutuhkan masyarakat sekarang bukan ikan tapi pancing, baksos cuma buat masyarakat jadi manja tidak mau bekerja, semua ini PKS-lah penyebabnya!!!

Ketika RATUSAN RIBU kadernya turun ke jalan untuk menyuarakan keadilan untuk sesama di belahan bumi lainnya, media pun melakukan korupsi berita, paling hanya ditulis ratusan atau ribuan, dan komentar yang akan muncul hanya “PKS selalu membuat sulit warga Jakarta dengan demonya, buat macet aja!!!” semua ini PKS-lah penyebabnya!!!
Tak pernah ada juga liputan tentang kader-kadernya yang berjasa, mereka lupa perda larangan merokok lahir dari para anggota DPRD dari PKS, kenaikan gaji PNS dan Tunjangan Kinerja Daerah untuk PNS DKI pun lahir dari tangan-tangan mereka, yang ada hanya “larangan merokok melanggar hak manusia dan menaikkan tunjangan PNS hanya membuat sembako tambah melambung” semua ini PKS-lah penyebabnya!!

Bukan hanya dari kalangan external, dari kalangan umat Islam pun PKS seperti “pesakitan” mereka dianggap berdakwah dengan cara yang haram, demokrasi itu haram!!! Karena mayoritas ulama mengatakan itu (yang ketika ditanyakan siapa saja ulamanya, tidak pernah dijawab) padahal ini hanya masalah khilafiyah saja. PKS juga dianggap telah keluar dari ciri khas dakwah mereka, semuanya sekarang berjas dan naik mobil mewah, “biasanya tuh PKS jalan kaki, masak sekarang naik mobil, gak militan!!” Sudah keluar dari khithahnya, karena para petinggi nya sudah hubbuddunya (cinta dunia) maka para umat Islam hari ini pun semakin banyak yang mengejar dunia, semakin banyak membuat usaha biar dapat penghasilan yang banyak… semua ini PKS-lah penyebabnya!!!

Mereka pun sekarang serba salah, seperti cerita tentang poligami misalnya, ketika ada yang mengatakan bahwa poligami beberapa petinggi PKS bermasalah, maka semua mencaci…”astaghfirullah ustadz kok begitu, pada zina semua” tapi ketika ditegaskan tidak ada yang bermasalah, karena PKS tidak melarang poligami, semua mencaci juga ,“ustadz gatel, doyannya kawin doang”
Ketika berita keburukan mereka ada di suatu media, lihatlah link-link lainnya tentang berita itu, banyak sekali, jika kita buka satu persatu, inti pemberitaannya sama, cuma judulnya saja. Media sedang menggiring pembaca mau baca berita yang mana saja, media sedang menghidangkan para pembaca judul yang berbeda, terserah mau baca yang mana intinya PKS buruk citranya.

Kalian pasti pernah dengan berita bahwa anggota dewan PKS tertanggap main judi kan?? Pasti, karena berita itu dimuat di semua media. Tapi tahukah kalian bahwa anggota dewannya sudah dipecat?? Tahukah Anda bahwa anggota dewan tersebut berasal dari eksternal PKS? Yang dirangkul untuk memastikan bawah PKS memang partai terbuka?? Hhmm sepertinya itu bukan berita yang bagus buat media, kecuali beberapa saja. Karena “bad news tentang PKS” adalah “good news” untuk media.

Sekarang posisi mereka serba salah,  ketika era tanzhimi dulu, kader PKS dikatakan eksklusif, tidak membaur dan ini tidak akan memuluskan dakwahnya, karena Islam itu rahmatan lil alamin, tidak tersekat, semua harus bisa menerima manfaat dari Islam, karena Islam bukan hanya untuk kader saja tapi untuk seluruh lapisan masyarakat. Tapi ketika PKS memproklamasikan bahwa mereka adalah partai terbuka, siapa saja boleh jadi anggotanya (bukan hanya kader) mereka pun dicaci, menghalalkan segala cara untuk dapat suara, berteman dengan kafir bahkan ada yang mengatakan semuanya akan masuk neraka (kayak neraka punya dia aja).

PKS, oh PKS, kasihan sekali nasib kalian, apapun yang kalian lakukan akan ada penentangnya, mending mundur sajalah, bubarkan partainya, kan enak tidak perlu mendengar cibiran banyak orang? Jangan nekad deh PKS. Ada bom buku di Utan Kayu aja, kalian kena getahnya. Jangan-jangan ketika misalkan kader kalian menjadi presiden suatu saat nanti, akan ada kudeta berdarah dari masyarakat, karena kalian tidak pernah disuka.

Tapi, ya kalau kalian tetap nekad, tetap kuat dengan cibiran semua pihak, tetap kokoh strukturnya, tetap membaca Qur’an walau buat acara di hotel, tetap membina ribuan halaqah yang di dalamnya membicarakan kebaikan, tetap banyak mendirikan sekolah islam terpadu dan pesantren-pesantren tahfizh, tetap kuat bekerja di grassroots, membina majelis ta’lim, membina pengajian kantoran, pengajian karang taruna, membina banyak majelis ta’lim membina rohis-rohis sekolah dan LDK kampus, ya sudah, saya tidak bisa banyak berkata, kau teruskan saja apa yang selama ini sudah kau lakukan, wahai PKS.

Dan izinkan aku ada di dalam barisan kalian, seraya meneriakkan takbir dan berkata “bekerja untuk Indonesia adalah ibadah”.

Senin, 28 Mei 2012

Menghilangkan Trauma Persepsi

  Ditulis oleh Ust. Hilmi Aminuddin

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,  Alhamdulillah  alladzi a’zzanaa bil Islam, wa bihadyi nabiyyina Muhammadin khairil anaam, wash shalatu was salamu ‘alaa rasulillah wa ‘alaa aalihi wa ashaabihi ajma’iin..
Ikhwan dan akhwat fillah rahimakumullah,
Alhamdulillah. Allah Subhanahu Wa Ta’ala secara terus menerus memberikan taufiq hidayah dan ri’ayah-Nya agar kita tetap bersama. Tetap bersama dalam jalan dakwah, tetap bersama dalam mardhatillah. Dan hari ini pun kita dihimpun dalam satu semangat kebersamaan dalam meningkatkan kerja dan kinerja dakwah kita, kerja dan kinerja taqarrub dan ta’abud ilallah, yang mudah-mudahan dengan demikian Allah menjadikan kita sebagai bagian khairun ummatin ukhrijat linnas.
Ikhwan dan akhwat fillah rahimakumullah,
Salah satu momentum acara nasional Hizb Al  ‘Adalah wal Rafahiyah, sejak ia bernama Hizb Al ‘Adalah, baru kali ini diselenggarakan di kota Bandung. Sebuah program rapat pimpinan nasional dari harokah Islamiyah diselenggarakan di kota Bandung, bagi saya ini sangat menyentuh.
Kalau kita lihat sejarah, sekian banyak pergerakan dimulai dan dikobarkan di Bandung. Pergerakan Islam pertama yang berlevel nasional, yaitu Syarikat Islam, juga dikelola dan dikobarkan di Bandung oleh rahimahullah Haji Oemar Sa’id Tjokroaminoto. Pergerakan nasional menuju kemerdekaan Indonesia juga dikobarkan di kota Bandung oleh Bung Karno. Banyak pergerakan yang lahir dari rahim kota Bandung. Apakah yang kiri, atau yang kanan. Ataukah kanannya kanan atau kirinya kiri. Atau kirinya kanan atau kanannya kiri. Kebetulan lahir di Bandung.
Kalau saja belum ditentukan oleh undang-undang bahwa ibukota Republik Indonesia itu adalah Jakarta dan pimpinan pusat dari organisasi di negara kita harus berada di Jakarta, maka sangatlah pantas kita canangkan bahwa kota Bandung sebagai ibukota dakwah. Dan, dari pandangan optimis, penyelenggaraan ini insyaAllah akan memberikan dorongan kuat bagi seluruh kader Jawa Barat. Dengan dukungan masyarakat, dukungan rakyat Jawa Barat untuk menyongsong, bukan saja kemenangan 2009, tapi juga kemenangan 2008 dalam tingkat PILKADA, yang salah satunya adalah pemilihan gubernur. Ini harus dijadikan muntholaq bagi seluruh kader-kader kita di Jawa Barat dan kader-kader seluruh Indonesia untuk mendoakan agar kemenangan- kemenangan 2008 itu bisa diraih oleh kader- kader kita. Dibantu doa dari seluruh kader dari segenap penjuru tanah air, dan insya Allah oleh saudara-saudara kita dari segenap penjuru dunia.
Ikhwan dan akhwat fillah rahimakumullah,
Seperti dalam tema RAPIMNAS ini, mudah-mudahan jadi muntholaq  untuk meraih kemenangan pemilu yang masanya kurang dari dua tahun lagi. Saya terpana dengan tema RAPIMNAS ini, walaupun saya baru baca malam ini: “Menyongsong Kemenangan 2009 dengan Meningkatkan Kapasitas Kepemimpinan dan Pelayanan.” Allahu Akbar!
Berbicara tentang kapasitas kepemimpinan, bukan terbatas kepemimpinan dalam lingkup kepemimpinan jamaah dakwah ini, tapi juga ruang lingkup kepemimpinan nasional. Agar setiap pimpinan negeri ini, seperti yang juga telah ditorehkan oleh para mjahidin dan jihadnya. Jihad perlawanan terhadap Belanda, jihad perlawanan terhadap Jepang, jihad perlawanan terhadap komunisme, muncul kepemimpinan- kepemimpinan nasional, dari mata rantai jihad itu, yang diakui maupun yang tidak diakui, yang mendapatkan bintang jasa dan yang tidak mendapatkan bintang jasa. Insya Allah, mudah-mudahan, kita adalah bagian dari mereka, yang akan melanjutkan perjalanan mereka, dan meraih kemenangan demi kemenangan yang telah dijanjikan oleh Allah, juga yang dicita-citakan leluhur kita.
Ikhwan dan akhwat fillah rahimakumullah,
Kepemimpinanyang kita maksud bukan semata kepemimpinan yang berlandaskan atau bertumpu atas kekuasaan (‘alal qa-idah sultthaniyah), tapi kepemimpinan yang bertumpu atas ruhiyah—maknawiyah—fikriyah, yang kekuasaannya didorong oleh semangat menyebarkan rahmatan lil’alamin. Sehingga melalui hal itu, semangat pelayanan juga akan dirasakan oleh segenap umat Islam Indonesia, segenap bangsa Indonesia, oleh segenap umat di dunia.
Untuk meningkatkan kapasitas kepemimpinan, atau dengan kata lain membangun kader kepemimpinan—yang tidak terbatas diharapkan oleh partai/jamaah ini, bahkan diharapkan oleh kemanusiaan ini—sudah barang tentu kita harus melakukan beberapa hal.

Pertama: Tathahhur (Membersihkan Diri)
Pertama, harus melakukan tathahhur, selalu membersihkan diri. Kata Allah, “Innallaha yuhibbu attawwabiina wa yuhibbul muthathahhirin.” Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang selalu membersihkan diri.
Di situ Allah bukan berfirman dengan “Mencintai orang-orang yang bersih.” Sebab, bukan kapasitas manusia untukmenjadi thahir (bersih). Bahkan dalam hadits qudsi, kata Allah: “Jika manusia menjadi bersih tanpa dosa, akan diganti oleh makhluk lain, yang berdosa kemudian minta ampunan”, yang lebih senang meminta ampunan atas dosanya kepada Allah.
Karena berdosanya manusia adalah untuk menampilkan keagungan ampunan Allah. Karakter manusia ada potensi untuk berbuat dosa. Siapapun ada potensi untuk kepleset. Tetapi sudah barang tentu jangan hobi kepleset. Kepleset kemudian tersadar. Setiap salah selalu tersadar. Setiap kesalahan selalu diikuti oleh sadar, sadar dan sadar, sehingga ia mencapai kemenangan. Oleh karena itu “SADAR” menang di Bekasi (Saaduddin—Darip, pasangan Bupati Bekasi dari Hizb Al  ‘Adalah wal Rafahiyah).
Kesadaran itulah yang membangkitkan semangat tathahhur –selalu berusaha membersihkan diri. Mungkin kita ingat hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam yang memberikan perumpamaan tentang orang-orang yang selalu menjaga shalat, muhafazhah ala asshalawat, yaitu bagaikan orang yang punya rumah di pinggir sungai, yang bila terkena kotoran selalu mandi. Perumpamaan ini merupakan perumpamaan yang sungguh luar biasa. Artinya ima kali shalat minimal akan menutup lima kali kesalahan, setiap kali salah ia mandi.
Saya bicara tentang tanmiyah an-nukhbah qiyadiyah, membangun kaderisasi kepemimpinan. Saya tidak berbicara tentang tathahhur fil wudhu atau tathahhur fi tazkiyatin nafs. Yang itu tidak ada hubungannya langsung dengan kepemimpinan. Tapi terkait dengan membangun kaderisasi kepemimpinan, sudah barang tentu ada tathahhur yang lebih dari itu.
Ikhwan dan akhwat fillah rahimakumullah,
Tathahhur ini sangat diperlukan, mengingat Indonesia ini salah satu negeri-negeri Islam, atau negeri-negeri dunia ketiga, yang dalam sejarahnya pernah mengalami masa yang sangat panjang dalam penjajahan. Bahkan setelah penjajahan pun, dibelenggu oleh kediktatoran sipil dan militer. Kita baru sembilan tahun terbebas dari mata rantai diktator penguasa penjajah dan diktator penguasa domestik, dari penguasa negeri ini, yang sipil ataupun militer. Hal ini selalu memunculkan apa yang disebut al uqdah adzdzahniyyah, trauma persepsi yang berlanjut kepada trauma mental.
Kadangkala kita terjebak oleh paradigma-paradigma berfikir lama. Jadi yang pertama kita harus lakukan adalah membebaskan dan melepaskan diri dari trauma persepsi, akibat panjangnya penindasan, panjangnya pengekangan, panjangnya penderitaan, panjangnya himpitan, dalam segala sektor –ekonomi, politik, sosil, budaya. Dan sampai sekarang umat Islam di Indonesia, belum menjadi tuan rumah di negeri sendiri karena masih didikte oleh kepentingan-kepentingan global. Yang mendikte sebenarnya tidak salah, yang salah yang nurut kepada pendikte.
Ikhwan dan akhwat fillah rahimakumullah,
Tathahhur atau membersihkan diri, dalam tanmiyah an nukhbah qiyadiyah adalah harus selalu membersihkan diri (takhalus) dari trauma persepsi ini. Ada tujuh trauma persepsi yang kita harus membersihkan diri darinya.

1. Pertama, al uqdah al inhizamiyah, yaitu trauma persepsi selalu kalah kalau bertarung.  
Kader kita insya Allah adalah yang paling minim mengalami trauma ini. Bahkan mudah-mudahan tidak ada trauma persepsi itu. Itu bukan saja dibuktikan dalam Pemilu 2004, tapi juga dalam Pilkada. Dari 138 pilkada, kita memenangkan 81 pilkada. Berarti kader-kader kita sebenarnya sudah sadar dan bersih dari trauma persepsi ini. Sadar akan potensi diri, sadar akan misi diri, sadar akan tugas diri, dan bahwa kemenangan pada hakikatnya adalah milik Allah, dan Allah akan memberikan kepada siapapun yang dikehendaki-Nya. Waman-nashru illa min ‘indillahih ‘azizil hakiim. Dari 183 pilkada, dengan segala kekurangan, dengan segala kesalahan, dan bahkan dengan segala keluguan, kita menang. Insya Allah kader kita sudah mampu membebaskan diri dari al uqdah al inhizamiyah. Sampai yang secara hitungan suara kalah, secara hitungan politik dan dakwah kita menang. Dan hal ini diakui oleh semua orang. Misalnya di pilkada DKI Jakarta mass media menulis: Foke unggul, Hizb Al  ‘Adalah wal Rafahiyah menang.
Jadi semangatnya harus semangat tahqiqul intisyaraat, merealisir kemenangan- kemenangan yang dijanjikan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Kalau kebetulan ada kekalahan,itu adalah kemenangan yang ditangguhkan.
Ikhwan dan akhwat fillah rahimakumullah,
Jadi al uqdah al inhizamiyah harus dicuci bersih dari kita, tidak boleh ada. Memang kita mulai dari tidak punya apa-apa, tidak punya pengalaman, tidak punya tokoh. Waktu bikin partai, kader kita 3000. Saya merasa waktu itu jumlah yang sedikit untuk mendirikan partai. Ternyata itu kebanyakan untuk mendirikan awal. Dan, ternyata kemudian kader kita ada yang jadi DPR, Ketua MPR, Bupati, Walikota, Wakil Gubernur.

2. Kedua, al uqdah al istihdafiyah, yaitu trauma persepsi yang merasa kalau kita ini jadi objek terus.
Merasai dikepung terus. Bertemu orang deg-degan. Bertemu hansip kaget. Melewati ekantor Koramil merinding. Kalau sekarang jangan begitu. Berkali-kali saya mengatakan kepada ketua-ketua DPW, bahwa antum ini setara dan sejajar dengan gubernur, Pangdam, bahkan insyaAllah lebih bi taqwakum (dengan takwa antum). Kepada ketua-ketua DPD saya katakan, antum ini sejajar dengan Bupati, Kapolres, Walikota, Dandim, Ketua Kejaksaan Negeri, Ketua Pengadilan Negeri, bahkan insyaAllah lebih bitaqwakum. Begitu juga kepada Ketua DPC, DPRa.
Jadi dengan al uqdah al istihdafiyah, artinya kita merasa jadi sasaran terus, dikepung, bila orang datang merasa akan mengerjain. Akhirnya  tidak bisa ofensif dan kerjanya hanya defensif. Senjata kita cuma perisai, dan tidak bisa menyerang, membuat orang lain menembaki kita terus-menerus. Padahal, ibaratnya, bisa jadi kita tidak perlu perisai itu, kita lempar kepada mereka. Nastahdifuhum wala yastahdifuunana. Kita harus tathahhur membersihkan diri dari al uqdah al istihdafiyah.

3. Ketiga, al uqdah almuamaratiyah, yaitu mentalitas merasa orang-orang lain sedang bersekongkol melawan kita.
“Wah mereka sedang berkumpul, nanti bersekongkol, bagaimana nih.” Padahal belum tentu. Al Quran menyatakan: tahsabuhum jami’an wa qulubuhum syatta. Mengapa kita menganggap mereka bersatu bersekongkol, merasa ada konspirasi, apakah lokal, apakah nasional, apakah global, secara berlebihan. Awas jangan ngobrol dengan dia, nanti terbawa, nanti hanyut. Awas kita dijegal secara politik. Kalau kader ditarbiyyah bertahun-tahun gampang hanyut itu bukan kader, tapi itu orang keder. Kita harus berani menghadapi tantangan-tantangan semuanya.
Perasaan dikepung dan ada konspirasi, kalau sudah menjadi ‘uqdah membuat kita tidak akan mampu menghadapi konspirasi meski kecil. Karena yang membesarkan dan memberikan pengaruh kepad konspirasi itu kita sendiri.

4. Keempat, al uqdah arraj’iyyah, yaitu trauma bahwa kita ini terbelakang.
Merasa bahwa kita ini anak-anak baru tumbuh, sebagian sekolah belum tamat, belum punya rumah, belum punya pekerjaan. Tertinggal ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya. Merasa berada di barisan belakang, nafsiyah raj’iyah, nafsiyah takhaluf. Padahal Allah Subhanahu wa taala, dan Rasulullah menghendaki kita untuk wasari’u, fastabiqul khairat. Bermusara’ah dalam meraih kebajikan. Semangat berlomba, semangat kompetisi, semangat berpacu untuk selalu ada di barisan terdepan. Berani tampil ke depan. Karena terbukti, ketika ikhwan dan akhwat berani tampil ke depan, diakui oleh semua orang. Mobilitas ikhwan dan akhwat banyak  diakui. Kita diakui sebagai partner pemerintah, bahkan partnership dengan lembaga-lembaga internasional.
Kalau semangatnya raj’iyah, ketertinggalan, keterbelakangan, terseok-sok, ketinggalan di ujung barisan, sudah barang tentu, na’udzubillahi, kita bukan hanya ditinggal oleh umnat, tapi juga oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebab Allah menghendaki bertanafus, bermusara’ah dan bermusabaqah.

5. Kelima, al uqdah salbiyah, yaitu trauma persepsi yang berpikiran selalu negatif.
Tidak mempunyai pandangan ijabiyatu ru’yah, pandangan positif baik ke dalam mapun keluar. Orang ini datang mau apa ya? Jangan-jangan mau mengawasi kita. Bisa-bisa mau ini-mau itu. Yang lebih mengerikan kalau ke dalam. Ada yang meihat ikhwan dan akhwat salah sedikit lalu berkata, wah, jamaah dakwah ini ancur, mau ambruk. Jamaah dakwah ini sekarat.
Pikiran seperti itu, pertama-tama menunjukkan lam yaskurillah, tidak mau bersyukur kepada ni’mat Allah. Kita ini jamaah manusia, bukan jamaah malaikat, ada kekurangan dan ada kelebihan. Yang penting proses tathahhur, proses perbaikan terus berlangsung melalui tawashaw bilhaq, tawashaw bish-shabr, tawashaw bil marhamah.
Umar bin Khatthab mengatakan: tarqul harakah ‘uqlah. Membangun harakah itu belenggu. Kalau ada yang mengaami hambatan ekonomi, terkena musibah, kita bangkitkan lagi dengan tawashaw bil marhamah. Tangan-tangan marhamah ikhwan dan akhwat harus menyentuh ikhwan dan akhwat lain yang terkena musibah.
Ikhwan dan akhwat fillah rahimakumullah,

6. Keenam,  al uqdah al kamaliyah,  yaitu trauma persepsi yang cenderung  perfectionist.
Merasa kita ini kurang ini kurang itu. Jangan dulu begitu. Lebih parah lagi akibat uqdah al kamaliyat akhirnya mempengaruhi opini orang lain, dan membuat mereka menuntut kita untuk selalu sempurna. Hadzihi ‘uqdah qatilah, ini adalah trauma yang bisa membunuh kita sendiri. Sebab mereka menuntut yang sempurna dari kita yang tidak sempurna. Kita memang menjaga citra, tapi citra sebagai manusia. Citra sebagai manusia muslim bukan citra sebagai malaikat. Malaikat sifatnya baik tapi tidak memiliki keinginan-keinginan. Saya ingat dulu pelajaran di madrasah:
Al malaikatullati
laisa laha abun walaa ummun.
La akla la syurba
Wa la naumu lahum.
Bahwa malaikat itu tidak punya ayah ibu, tidak perlu makan dan minum maupun tidur. Sedangkan kita punyakebutuhan-kebutuhan. Dalam memenuhi kebutuhan itu kita melakukan kesalahan-kesalahan.
Jadi kita ini mujtama’ basyari, jamaah basyariyah. Uqdah kamaliyat ke dalam, apalagi kalau berbentuk keluar, akan berbahaya. Beban akan bertambah, langkah akan terhambat. Palagi kalau ada opini publik terhadap diri kita bahwa diri kita sempurna. Hal itu sama dengan mempersiapkan pedang untuk menyembelih diri kita sendiri.

7. Ketujuh, al uqdah at taba’iyyah, yaitu trauma persepsi dari orang-orang yag tidak mau kreatif, maunya mengikuti
Hobinya berkalau. Kalau kayak organisasi itu, kalau kayak yayasan itu, kalau kayak partai itu, kalau… kalau… Kata Rasulullah kata “law” itu merupakan membuka pintu syetan. Memang, kata Rasulullah, “Al hikmatu dhaalatul muslim.” Yang penting harus kita perhatikan itu hikmah kebajikannya. Tapi bagi orang yang punya uqdah attaba’iyyah tidak peduli apakah itu baik atau tidak, yang penting ikuti. Ini berbahaya. Kita harus takhalus (membebaskan diri) dari uqdah attaba’iyyah. Naudzubillah kalau saja ada dalam diri kita salah satu dari trauma bukan saja persepsi tapi trauma moral yang mejadi beban. Akhirnya kita tidak bisa bergerak. Padahal Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam memperingatkan kita sebagaiman dalam haditsnya, Innamannasu kal ibilil mi-ah. Laa takaadu tajid fiiha raahilah. Manusia itu bagai 100 unta, hampir saja dari 100 itu tidak didapatkan 1 ekor unta beban.
Kader ikhwan dan akhwat ini adalah pemikul risalah muhammadiyah. Kalau ia sendiri mengalami uqdah at taba’iyyah, maka akan jadi beban, artinya repot menggotong-gotong diri sendiri. Repot menggotong kader yng menjadi beban. Seluruh kita harus menjadi pemikul beban.


*.http://www.pks-jakbar.or.id/?page=berita-detail.html&news=24

HNW: Saya Bukanlah Kader Terbaik, Antum yang Berjuanglah yang Terbaik

dakwatuna.com - “Yas, besok kita liputan Hidayat Nur Wahid!”
Mbak Ningsih mengirimkan satu pesan di BBM. Tanpa perlu waktu lama aku segera mengiyakannya. Sudah cukup lama berselang aku tidak ikut liputan.
Dan sekarang, Ustadz Hidayat Nur Wahid. Sosok yang aku mengenalnya sejak dulu. Sosok yang tanpa pernah terduga akhirnya terpilih menggantikan Bang Sani sebagai calon gubernur DKI Jakarta.
“Pada hari itu DPP memanggil saya. Sesampainya di sana, Ustadz Luthfi menyerahi saya map berisi mandat kepada saya sebagai calon gubernur DKI Jakarta.”
Suara Pak Hidayat malam itu di tengah komunitas para seniman sungguh membuat bulu kudukku berdiri. Ustadz bersahaja itu. Ustadz yang sudah kuakrapi sosoknya sejak dahulu. Ustadz yang masih sederhana. Masya Allah… tergidik aku berdiri sendiri sambil memutar memori berpuluh-puluh minggu yang lalu.
***
Hujan sudah sepenuhnya turun. Halilintar saling menyambar. Hadirin yang datang hari itu masih dilingkupi suasana yang menyesakkan dada. Suara sesegukan menahan air mata terdengar di setiap sudut. Mata-mata itu membekas merah.
Ustadz Hidayat Nur Wahid lalu berdiri entah di mana. Aku tidak dapat melihatnya. Sesaknya manusia yang hadir menempatkan aku di lantai dua gedung sekolah itu. Tapi suara beliau masih terdengar jelas dalam riuhnya hujan. Berat dia berkata.
“Hari ini kita kehilangan sosok yang begitu kita cintai,” ujarnya kemudian tertahan menahan gelegak tangis yang menghujung.
Peristiwa itu. Wafatnya Ustadz Rahmat Abdullah yang menyesakkan dada. Menjelang pengantaran jasad beliau, Ustadz Hidayat selaku sahabat almarhum diberikan kesempatan memberikan sambutan. Berat rasanya mengingat memori-memori itu. Tapi bermula dari sanalah maka aku mulai kagum dengan Ustadz Hidayat. Memang waktu itu kekagumanku padanya belum sebegitu besar sebagaimana aku kagum pada Ustadz Ahmad Heryawan dan Ustadz Rahmat Abdullah. Tapi pengantar beliau itulah yang akhirnya membuat aku semakin kagum padanya.
Lalu Idul fitri menjelang. Aku masih tingkat satu di kampusku. Ustadz Hidayat akan menjadi khatib di Apartemen Rasuna tak jauh dari rumahku. Waktu itu Masjid Al-Bakrie belum lagi berdiri. Dan Ustadz Hidayat datang dengan setelan jas berwarna putih. Usai shalat Id, aku menyalami beliau. Dan penuh kehangatan dia merangkul aku dalam pelukan ukhuwahnya. Aku dan kawanku sempat meminta berfoto bersamanya dan dengan ramah beliau melayaninya dengan penuh senyum. Moment itulah yang selanjutnya semakin menambah kekagumanku padanya.
Setelah itu beliau terpilih menjadi Presiden PKS menggantikan Ustadz Nur Mahmudi. Kiprah beliau menahkodai partai ini sungguh luar biasa. Aku semakin cinta dengan partaiku dan kagum dengan beliau. Namun satu yang kurang kusukai dari beliau, pada saat pidato yang terkesan kaku dan datar. Hal ini sempat menjadi bahan pembicaraan hangat di lingkungan mingguan aku. Guru mingguanku pernah berpendapat agar beliau menyewa jara PR untuk melatih cara bicaranya.
Dan tahun 2004, Ustadz Hidayat terpilih menjadi ketua MPR dengan perjuangan yang penuh drama. Aku ingat saat-saat itu ketika tersungkur untuk bersujud syukur dan tersenyum lebar saat wakil beliau, seorang pengusaha wanita, ribut minta dicarikan kerudung untuk menutup kepalanya. Lalu kubaca tulisan Ustadz Nabiel Musawwa tentang beliau yang menimbulkan rintik-rintik di mataku. Kesederhanaan yang terperangkap dalam sosok penuh sahaja itu.
Waktu yang terus mengalir tak membuatku berhenti mengikuti berita tentangnya. Teringat lagi saat kru televisi swasta yang membatalkan syuting di rumah beliau hanya karena rumahnya yang sempit dan tidak muat dengan kamera-kamera besar kru itu. Kepergian istri beliau karena sakit sampai akhirnya beliau dijodohkan dengan Ibu Diana yang akhirnya menjadi istri beliau sekarang. Aktivitas beliau juga sungguh luar biasa. Beliau tak segan menggotong-gotong mayat korban tsunami di Aceh. Pernah aku juga melihat beliau membersihkan lumpur banjir di suatu daerah Jakarta.
Banyak perubahan yang terjadi. Gaya bicara dan retorika beliau yang sudah tidak lagi membosankan. Beberapa humor terkadang menyelip dalam pembicaraan beliau. Namun kesederhanaan itu masih saja melekat di dirinya. Membuat aku menatap haru akan seorang pejabat negara yang begitu sederhana dan bersahaja. Ketika banyak teman yang kecewa pada para qiyadah kami, sungguh rasanya malu bila melihat kesederhanaan yang beliau tunjukkan. Dan kekaguman itu semakin membesar saja padanya.
***
Liputan pertamaku setelah Ustadz Hidayat resmi menjadi calon gubernur Jakarta adalah saat diajak Bang Irfan ke Kali Krukut.
Dia yang datang paling pertama. Dengan hanya menggunakan pakaian yang sederhana, Ustadz Hidayat melayani permintaan wawancara para wartawan dengan ramah. Tak lama dia menyantap sate ayam dan mempersilakan para wartawan serta para warga untuk mengambil makanan yang telah dibeli olehnya. Bukan hanya gerobak sate tapi ada juga gerobak gorengan, gerobak bubur, gerobak siomay, dan lainnya yang dia datangkan khusus untuk warga Kali Krukut. Dan aku juga menyaksikan bagaimana dia turun ke tepian kali lalu berbincang-bincang dengan seorang bapak yang ada di situ. Tak lupa ia juga memberikan bingkisan untuk bapak itu.
Kali lain aku mengikuti Ustadz Hidayat keliling Jakarta seharian. Dia ditemani sang istri, Dokter Diana Abbas Thalib. Dia menyapa para warga di dengan penuh keramahan. Mengajak seorang Ibu tua berfoto bersamanya, menggendong seorang anak kecil layaknya anak sendiri, mengajak seorang pemilik warung bercakap-cakap sambil mendengar keluhan pemilik warung itu. Dan ketika seorang ibu-ibu tua menarik beliau untuk menyinggahi rumah seorang mantan bu lurah yang memelihara anak-anak yatim, beliau dan istri mendengarkan dengan seksama. Kemudian tanpa disangka beliau berkata, “Ibu, kami mohon maaf hanya bisa menyumbang 10 juta saja,”
Subhanallah…mata ibu itu pun berkaca-kaca dan mengucapkan syukur berkali-kali.
Lalu beliau menuju Utara Jakarta. Membeberkan program untuk para manula, menjadi imam shalat Zhuhur di sebuah masjid di mana dulu Ustadz Ahmad Heryawan pernah menjadi khatib di sana tak lama kemudian berhasil menjadi gubernur Jawa Barat. Makan bersama para manula tanpa ada keistimewaan khusus. Ke Barat Jakarta menjajal bajaj berdua sang istri dan saat Didik J. Rachbini datang bergabung dengan beliau, Ustadz Hidayat langsung memeluknya erat. Lalu bagaimana dia membesarkan hati ibu-ibu dengan program kesehatannya. Hingga ketika seorang ibu meragui apa yang dijanjikannya, sang istri memberikan opininya,
“Bapak orang yang sukar sekali untuk berjanji bila tak mungkin bisa ditepati. Jadi saya bisa memastikan apa yang diucapkannya hari ini bukanlah janji yang tidak akan dia tepati.”
Ya Allah… aku menyaksikan segala aktivitasnya yang tanpa sedikit pun beliau memerlukan penjaga-penjaga berbadan kekar. Ustadz Hidayat begitu membaur dengan masyarakat.
Dan kesederhanaan itu…. masih melekat utuh di tubuhnya. Menampilkan diri apa adanya dan penuh sahaja. Menyapa ramah setiap manusia dan mengakrabi mereka tanpa kenal lelah. Ya Allah ustadz…. tidak ada yang berubah dari kesederhanaan itu.
Hingga terakhir aku menemuinya, siang di sebuah gelanggang olahraga, dia menolak dengan halus sebutan sang pembawa acara yang mengadakan bahwa dia adalah KADER TERBAIK.
“Bukan, saya bukanlah kader terbaik. Kader terbaik partai adalah Antum semua yang telah berjuang untuk partai ini. Saya hanya-lah bagian dari Antum semua,” ujarnya merendah.
Dadaku membuncah mendengar sanggahan logis itu. Terasa berdesakan air ingin keluar. Ya Allah….
Ustadz Hidayat masihlah seperti yang dulu. Ustadz yang masih sederhana. Cara bicaranya, penampilannya, segalanya… Allah, adakah peluang baginya untuk memimpin Kota Jakarta? Teringat aku akan ucapan seorang teman.
“Antum semua yang bekerja di bawah tapi yang di atas memperkaya diri sendiri!”
Masya Allah…apakah dia tidak pernah melihat kesederhanaan itu? Lalu aku terbayang wajah-wajah ustadzku. Ustadz Hidayat, Ustadz Khoirudin, Ustadz Abu Ridho, Ustadz Surahman…. rasanya tak mungkin jika mereka memperkaya diri sendiri…
Rabighfirly Fantal kariimuu! Wa’fu ya rabbii Fantar rahiimuu! Ustadzku masih seperti yang dulu. Ustadz yang masih sederhana.

Jakarta, 30 April 2012
22.22 pm with Raef
Beribu harapan yang membuncah untuk beresin Jakarta…
Insya Allah…

Pilkada yang Menggerakkan


Oleh Cahyadi Takariawan


He tangi, tangi…. iku bosmu sido ndaftar Gubernur Jakarta !

Suara melalui handphone itu demikian keras di telinga Yunus, seorang kader di Palu, Sulawesi Tengah. Jam 24.00 WITA, Yunus yang sudah tidur menjadi terbangun karena telpon genggamnya berdering. Rupanya saudaranya dari Banyuwangi menelpon dengan luapan kegembiraan, karena tengah menyaksikan berita di televisi proses pendaftaran Hidayat Nurwahid ke KPUD DKI Jakarta untuk calon Gubernur, berpasangan dengan Didik J. Rachbini.

“Alhamdulillah, sampeyan ngerti seko ngendi ?” tanya Yunus.

“Mulo ndang tangiyo, aku yo isih nonton tivi, lagi ono beritane bosmu iku…”, jawab saudaranya di Banyuwangi. Yang disebut dengan “bosmu” adalah Hidayat Nurwahid.

Keluarga Yunus yang berada di Banyuwangi merasa demikian bersyukur, karena tokoh yang sangat mereka kagumi, Hidayat Nurwahid, mendaftar menjadi calon Gubernur DKI. Sedemikian gembiranya, mereka tidak sabar berbagi, langsung menelpon Yunus yang telah istirahat di Palu. Yunus mereka kenal sebagai aktivis PKS, sementara keluarga yang di Banyuwangi merupakan warga masyarakat biasa, bukan kader.

Semua Bersyukur
Keluarga Yunus hanyalah salah satu kisah dari sangat banyak kisah serupa. Saya mendengar banyak kader di wilayah DKI melakukan sujud syukur setelah pasangan HNW – Didik resmi mendaftar di KPUD. Mereka sangat bersyukur karena tokoh yang kharismatik ini bisa maju sebagai calon Gubernur DKI. “Kami semua sangat terharu, dan bersyukur beliau berhasil menjadi calon Gubernur. Kami semua siap bekerja memenangkan beliau”, ungkap seorang kader senior di DKI.


Jika banyak kader di DKI melakukan sujud syukur, tentu wajar, karena perhelatannya memang terjadi di wilayah DKI. Namun ternyata yang merasakan kegembiraan bukan hanya kader DKI, bahkan kader di luar DKI yang tidak akan bisa ikut memilih saat Pilkada DKI. Juga bukan hanya kader, termasuk simpatisan dan masyarakat umum ikut merasakan kegembiraan. Contohnya adalah keluarga Yunus di Banyuwangi. Demikian jauh dari Jakarta, dan tidak akan bisa ikut memilih saat Pilkada DKI karena tidak tinggal di Jakarta, namun kegembiraannya demikian membuncah.

Yunus pun segera membangunkan isterinya, dan mereka berdua dengan antusias menyaksikan berita televisi tentang pendaftaran pasangan HNW – Didik di KPUD DKI. Mereka merasa sangat berbahagia, dan ikut merasakan semangat yang membara ingin terlibat memperjuangkan kemenangannya. Yunus tinggal di Sulawesi Tengah, namun ia tergerak untuk memberikan dukungan dalam bentuk apapun yang bisa dilakukannya.


“Saya akan mengontak teman dan kerabat saya yang tinggal di wilayah Jakarta, agar memilih pasangan HNW – Didik”, ungkap Yunus.

Demikian pula Zuhrif, kader yang tinggal di wilayah Kota Yogyakarta. “Saya sudah mengontak 22 keluarga saya yang tinggal di Jakarta, agar kelak memilih HNW – Didik dalam Pilkada”, katanya penuh semangat. Bahkan, ia menyempatkan diri hadir ke Jakarta agar bisa menyaksikan proses pendaftaran HNW – Didik ke KPUD DKI secara langsung. Jauh-jauh ia menempuh perjalanan agar tidak ketinggalan peristiwa yang monumental tersebut.

Falah, seorang kader dari Sleman DIY tidak mau ketinggalan. Dia mengirim pesan lewat grup BBM, “DPW PKS DIY harus segera membuat instruksi agar seluruh kader DIY mensukseskan Pilkada DKI, dengan jalan dukungan doa, tenaga, dan mengontak teman serta kerabat yang tinggal di wilayah Jakarta untuk memenangkan HNW”.

Luar biasa, bahkan SMS dari banyak kader di berbagai daerah, menunjukkan suasana semangat yang sangat membara. Berikut contoh kiriman SMS yang masuk ke handphone saya, dari berbagai daerah di Indonesia:

“Allahu Akbar ! Inilah saatnya memimpin Jakarta”.

“HNW memimpin Indonesia, melalui DKI Jakarta”.

“Allah beserta kita”.

“Kita bangkit bersama, menangkan HNW di DKI Jakarta”.

“Menuju RI – 1, melalui DKI – 1”.

Masih banyak contoh SMS lainnya yang sedemikian semangat menyambut pendaftaran HNW menjadi calon Gubernur DKI Jakarta. Semua bersyukur atas pencalonan HNW, dan ingin terlibat memenangkannya.


Pilkada yang Menggerakkan
Fenomena semangat yang menggelora sangat terasa. Semua kader ingin segera bekerja, seakan Pilkada tinggal besok pagi saja. Semua merasa tidak sabar untuk segera memenangkannya. Pilkada DKI telah menggerakkan semangat, motivasi, dan kebersamaan kader di seluruh Indonesia. Bukan hanya DKI Jakarta dan sekitarnya, namun merata sampai seluruh wilayah dan daerah.

Benar-benar Pilkada yang menggerakkan. Seakan ada sesuatu yang turun dari langit, dan menyentak perhatian kader. Kita harus segera bekerja, dan kita sudah siap untuk bergerak lebih keras dari sebelumnya. Seorang kader secara bergurau mengirim SMS kepada saya, “Berterimakasihlah kepada Foke, karena dia tidak jadi berpasangan dengan kita, sehingga kita justru bisa maju sendiri. Ini akan membuat kita solid.”


Fenomena tergerakkannya kader ini sedemikian merata. Bukan hanya di DKI Jakarta. Bahkan semua struktur wilayah menyatakan siap membuat Posko Pemenangan di Jakarta. Sebagaimana diketahui, Jakarta dihuni oleh masyarakat dari berbagai etnis dan susku bangsa. Maka semua wilayah menyatakan siap membuat Posko Pemenangan dalam rangka mengajak warga asal wilayah masing-masing untuk memilih HNW dalam Pilkada Jakarta.

Tidak perlu instruksi, tidak perlu taklimat. Semangat sudah merata. Seorang kader senior di Yogyakarta menangis, karena hanya bisa membaca berita melalui milis dan SMS tentang persiapan pemenangan Pilkada DKI Jakarta, dan ia merasa tidak bisa membantu apa-apa kecuali doa. Lihatlah, bahkan kader yang tidak tinggal di Jakarta saja merasa berdosa karena tidak bisa memberikan bantuan tenaga. Pilakada Jakarta benar-benar menggerakkan kader dan struktur semuanya.

Banyak kader yang tinggal di luar Jakarta bertanya, “Apa yang bisa kita lakukan selain doa?” Masyaallah, pertanyaan yang menandakan kecintaan. Pertanyaan yang menunjukkan telah tergerakkan. “Kami tidak bisa hanya diam saja dan menonton berita. Kami harus ke sana”, ungkap seorang kader di kecamatan Banguntapan, Bantul, Yogyakarta dengan penuh semangat menggelora. “Kami akan menangis kalau hanya melihat berita”, katanya.

Subhanallah, walhamdulillah. Belum pernah saya menyaksikan Pilkada yang sangat heroik seperti di DKI Jakarta. Baru berita pendaftaran di KPUD saja, sudah menggerakkan semangat yang membara. Ikatan emosi yang demikian kuat tercurahkan, dan semua ingin bekerja memenangkan Pilkada Jakarta.

Seorang kader di wilayah Jawa Tengah dengan semangat menggelora mengatakan telah membuat tim kecil yang akan dikirim ke Jakarta, melakukan “operasi” ke masyarakat Jawa Tengah yang tinggal di Jakarta. “Operasi ini kami biayai sendiri. Ini bentuk kontribusi kami bagi kemenangan dakwah di DKI”, kata kader tersebut. Sayapun dibuat menangis oleh pernyataan ini.


Subhanallah walhamdulillah. Tadi sore melihat gambar HNW sedang rapat menyusun langkah kemenangan bersama tim, melalui grup BBM. Sayapun kembali menitikkan air mata. Gambar-gambar semacam itu telah memberikan banyak cerita. Gambar dan berita Pilkada Jakarta telah menggerakkan hati kita, nurani kita, semangat kita, kecintaan kita, kebersamaan kita, kesungguhan kita, perjuangan kita.

Subhanallah walhamdulillah. Semoga Allah berikan kemenangan dan kebaikan dalam perjuangan dakwah di DKI Jakarta.**



*http://cahyadi-takariawan.web.id/?p=2268

___________
*posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Kejayaan Indonesia

Minggu, 27 Mei 2012

PKS TV - HIDAYAT NUR WAHID MEMBUAT LUBANG BIOPORI BERSAMA WARGA

PKS TV - HARAPAN WARGA

Wasiat Hasan Al Banna

 

“Saudaraku,

Janganlah engkau putus asa, karena putus asa bukanlah akhlak seorang muslim. Ketahuilah bahwa kenyataan hari ini adalah mimpi hari kemarin, dan impian hari ini adalah kenyataan di hari esok. Waktu masih panjang dan hasrat akan terwujudnya kedamaian masih tertanam dalam jiwa masyarakat kita, meski fenomena-fenomena kerusakan dan kemaksiatan menghantui mereka. Yang lemah tidak akan lemah sepanjang hidupnya dan yang kuat tidak akan selamanya kuat.


Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,


“Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi), dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir’aun dan Haman serta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu,” (Al Qashash: 5-6)


Putaran waktu akan memperlihatkan kepada kita peristiwa-peristiwa yang mengejutkan dan memberikan peluang kepada kita untuk berbuat. Dunia akan melihat bahwa dakwah kita adalah hidayah, kemenangan, dan kedamaian, yang dapat menyembuhkan umat dari rasa sakit yang tengah dideritanya. Setelah itu tibalah giliran kita untuk memimpin dunia, karena bumi tetap akan berputar dan kejayaan itu akan kembali kepada kita. Hanya Allah-lah harapan kita satu-satunya.


Bersiap dan berbuatlah, jangan menunggu datangnya esok hari, karena bisa jadi engkau tidak bisa berbuat apa-apa di esok hari.


Kita memang harus menunggu putaran waktu itu, tetapi kita tidak boleh berhenti. Kita harus terus berbuat dan terus melangkah, karena kita memang tidak mengenal kata “berhenti” dalam berjihad.


Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,


“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, sungguh akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami.” (Al Ankabut: 69)


Hanya Allah-lah Dzat yang Mahaagung, bagi-Nya segala puji.”


Hasan Al Banna

 

*.http://www.hasanalbanna.com/wasiat-hasan-al-banna-2/

Kepemimpinan Dalam Islam

Dalam buku “Ushuulud Da’wah“, Dr Abdul Kariim Zaidan mengemukakan bahwa pada hakikatnya kepemimpinan adalah hak publik (ummat). Publik berhak memilih pemimpin mereka, sebagaimana mereka juga berhak mencabut mandat dari pemimpin mereka.

Seorang pemimpin dibutuhkan dalam rangka mengorganisir publik untuk menjaga kemashlahatan dalam kehidupan bersama mereka. Fitrah manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan penataan. Tanpa adanya penataan, tentu akan terjadi kekacauan. Kehidupan perlu diorganisasikan, dan kepemimpinan adalah bagian tak terpisahkan dalam pengorganisasian.

Selain itu, banyak perintah agama baik dalam Alqur’an maupun dalam hadits-hadits yang shohih yang mengandung perintah yang dialamatkan kepada orang banyak, kepada ummat, kepada publik, tidak kepada individu. Sekedar contoh misalnya perintah untuk mengajak kepada kebaikan, perintah untuk alamru bil ma’ruuf, perintah untuk annahyu ‘anil munkar, perintah untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, dll. Isi (content) dari perintah tersebut memang memerlukan kerja kolektif, tidak mungkin bisa dilaksanakan secara individual. Kerja kolektif itu memerlukan pengorganisasian, dan pengorganisasian memerlukan kepemimpinan.

Dari dua hal di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kebutuhan publik, baik untuk menjaga kemaslahatan di antara mereka maupun untuk menjalankan tugas-tugas yang menjadi beban mereka. Oleh karena itu publiklah yang paling berhak untuk menentukan siapa yang akan mereka serahi sebagai pemimpin mereka. Merka juga berhak untuk mencabut mandat kepemimpinan itu jika ternyata pemimpin tersebut tidak mampu lagi menjalankan amanah publik itu.

Prinsip tersebut tampak dari praktek politik zaman Khulafaur Rasyidin. Abu Bakar As Shiddiq menjadi pemimpin karena kesepakatan publik. Umar Ibnul Khattab menjadi pemimpin karena kesepakatan publik yang kebetulan tidak berbeda dengan pendapat Abu Bakar sebelum beliau wafat. Beliau menjadi pemimpin bukan karena wasiat Abu Bakar As Shiddiq. Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalibpun menjadi pemimpin karena kesepakatan publik. Tidak ada satupun dari mereka yang menjadi pemimpin karena keturunan, atau karena penunjukan oleh pemimpin sebelumnya.

Karena kepemimpinan adalah hak publik, maka merekalah yang berhak menentukan pemimpin yang mereka kehendaki. Demikian juga jika karena sesuatu hal pemimpin tidak lagi mampu menjalankan amanah publik tersebut maka publik berhak untuk mencabut hak kepemimpinannya dan digantikan orang lain yang mereka sepakati. Publik berhak untuk menyepakati mekanisme teknis untuk menentukan jabatan kepemimpinan di antara mereka, sebagaimana mereka juga berhak membuat ketentuan-ketentuan teknis yang dianggap memberi kemaslahatan untuk kehidupan mereka, misalnya adanya batas masa jabatan seorang pemimpin.

Pemimpin yang telah dipilih wajib ditaati, kecuali nyata-nyata memerintahkan hal-hal yang menyimpang dari tuntunan Allah SWT. Dalam hal-hal yang sifatnya ijtihad, hak pengambilan keputusan ada ditangan pemimpin tersebut.

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang banyak musyawarahnya sebelum mengambil keputusan. Musyawarah tidak harus kepada semua orang, tetapi bisa dipilih orang-orang yang dianggap berkompeten dalam masalah yang dibicarakan. Jika untuk kepentingan ini perlu ada kelembagaan, boleh saja dibuat.

Hak publik adalah memberi masukan kepada pemimpin, baik diminta maupun tidak diminta. Kewajiban publik adalah menasihati pemimpin agar tidak menyimpang dari amanah yang mereka berikan.

Menurut hemat saya, sampai batas tertentu, demokrasi memiliki ruang yang sejalan dengan prinsip dasar kepemimpinan Islam tersebut. Bahwa demokrasi menghasilkan pemimpin yang belum ideal menurut kriteria Islam, itu adalah bab bagaimana kita membentuk ‘selera’ masyarakat agar memiliki pilihan yang sejalan dengan nilai-nilai Islam. Itu adalah bab membangun kesadaran publik untuk menentukan pilihan yang benar. Itu adalah bab dakwah. Wallahu a’lamu bis showab

Makkah, 3 Desember 2008

 

*.http://www.hasanalbanna.com/kepemimpinan-dalam-islam/

Mau Masuk Surga, Tempuhlah Jalannya!


Oleh: Badrul Tamam


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah menjanjikan surga bagi hamba-hamba yang taat kepada-Nya. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah yang telah menjelaskan semua jalan ke surga dan menyuruh umat untuk menempuhnya, juga kepada para keluarga dan sahabatnya.

Allah telah menyiapkan surga bagi para hamba yang taqwa. Kenikmatannya tak ada bandingannya. Allah menggambarkannya sebagai kenikmatan yang tak pernah dilihat mata, didengar telinga, dan terbersit dalam hati hamba. Maka bayangan seseorang tentang kenikmatan surga tak akan pernah sama persis dengan hakikatnya.

Sesungguhnya semua yang ada di dunia tidak akan bisa menyamai sedikit saja dari kenikmatan surga. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan,

مَوْضِعُ سَوْطٍ فِي الْجَنَّةِ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا

“Satu tempat di surga yang sebesar cambuk lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR. al-Bukhari, Ibnu Majah, Ahmad dan lainnya dari Sahal Bin Sa’id al-Sa’idi)

وَاللَّهِ مَا الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ هَذِهِ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ تَرْجِعُ

“Demi Allah! Tidaklah dunia dibandingkan akhirat kecuali seperti seseorang dari kalian yang memasukkah satu jarinya ke laut, -hendaknya dia melihat, apa yang didapatkannya.” (HR. Muslim)

Maksudnya, bahwa bila pendeknya waktu dunia dan kenikmatannya yang fana dibandingkan dengan abadinya akhirat dan kenikmatannya, tidak lain kecuali seperti air yang menempel pada jari tangan seseorang setelah dicelupkan di laut dengan banyaknya air laut, sungguh tidak sebanding. (Lihat Syarah Shahih Muslim milik Imam Nawawi)

Dalam riwayat Thabrani yang disebutkan Syaikh Wahid Abdul Salam Bali dalam Shifat al-Jannah, perhiasan penghuni surga yang paling rendah kualitasnya lebih baik daripada seluruh perhiasan penduduk surga.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga pernah menjelaskan tentang beberapa macam pahala yang akan diberikan kepada orang yang mati syahid, beliau bersabda; “Dikepalanya dipakaikan mahkota kebesaran yang mana satu mutiara Yakutnya lebih baik daripada dunia seisinya.” (HR. al-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Maka siapa yang mengetahui keutamaan kenikmatan akhirat (surga) yang kekal dan tidak akan punah dibandingkan kenikmatan dunia -seindah dan sebanyak apapun itu- yang pasti akan hilang dan punah, maka dia tidak akan mengutamakan yang fana atas yang abadi. “Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.” (QS. Al-Nahl: 96)

Orang berakal pasti akan mengutamakan kebaikan akhiratnya dan menempuh jalan yang bisa menghantarkan ke sana dengan tetap melaksanakan kebutuhan materi dan dunianya. Allah Ta’ala berfirman,

وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash: 77)

Apa Amalan Ahli Surga?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah al-Harrani rahimahullaah menyatakan bahwa tidak mungkin mengungkap semua amalan-amalan ahli surga dengan rinci. Namun secara global amalan ahli surga semuanya masuk kategori ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Ketaatan itu teringkas dalam iman dan takwa, yang mencakup amal batin dan dzahir.

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَارًا خَالِدًا فِيهَا وَلَهُ عَذَابٌ مُهِينٌ

“Barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.” (QS. Al-Nisa’: 13-14)

Berikut kami paparkan beberapa amalan ahli surga yang beliau rahimahullaah sebutkan secara rinci dalam Majmu’ Fa tawanya: 2/387-388:

Amalan-amalan ahli surga: iman kepada Allah, Para malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para rasul-Nya, dan hari akhir serta beriman kepada qadar (takdir) yang baik maupun yang buruknya.

Amalan ahli surga: Bersyahadat Laa Ilaaha Illallah (Tiada Tuhan yng berhak diibadahi kecuali Allah) dan Muhammad rasulullah (Nabi Muhammad adalah utusan Allah), mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadlan, dan berhaji ke Baitullah. Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah meliha-Nya, dan jika tidak bisa, maka yakinilah bahwa Dia melihatmu.

Di antara amalan-amalan ahli surga: Berbicara jujur, menunaikan amanat, menepati janji, birrul walidain (berbakti kepada orang tua), menyambung hubungan kerabat, berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, orang miskin, dan yang menjadi tanggungannya dari kalangan manusia atau binatang.

Di antara amalan ahli surga lainnya: Ikhlas beribadah kepada Allah, bertawakkal kepada-Nya, cinta kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya, takut kepada Allah dan berharap rahmat-Nya, kembali kepada-Nya, bersabar menetapi hukum-Nya, dan menyukuri nikmat-nikmat-Nya.

Di antara amalan ahli surga: Suka membaca Al-Qur’an, berdzikir kepada Allah, berdoa kepada-Nya, meminta dan berharap kepada-Nya.

Di antara ahli surga: Beramar ma’aruf (menyuruh orang berbuat kebaikan), bernahi munkar (melarang orang dari berbuat buruk), berjihad di jalan Allah dalam memerangi orang kafir munafikin.

Di antara amalan ahli surga: Adil dalam semua urusannya, adil terhadap semua makhluk sampai terhadap orang kafir, dan amalan-amalan yan serupa.

Di antara amalan ahli surga: Menyambung tali persaudaraan terhadap orang yang memutuskannya, memberi kepada orang yang pelit kepadamu, memaafkan orang yang menzalimimu, karena Allah menyediakan surga bagi orang-orang bertakwa, yaitu orang-orang yang tetap berinfak dalam kondisi lapang maupun sempit, menahan amarah, memaafkan manusia, dan Allah menyukai orang-orang yang senantiasa berbuat baik. Wallahu’ Ta’ala a’lam. [PurWD/voi]

*)http://kabarhati.com/news/pandu-hati/12195/


*posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Indonesia

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons | Re-Design by PKS Piyungan