Cover Buku "Langkah Cinta untuk Indonesia" |
Penulis : Zirlyfera Jamil dkk (Tim FP)
Penerbit : Robbani Press
Cetakan : I, Agustus 2011
Halaman : 248
Ukuran : 210 x 145 mm
dakwatuna.com - Saat
kini marak perdebatan di kancah wanita tanah air tentang gugatan atas
keterkungkungan peran wanita, buku ini menjawabnya. Buku yang sebenarnya
telah cukup lama berdiri di rak ini baru kini saya selami. Langkah
cinta Yoyoh Yusroh untuk Indonesia.
Mendengar nama Ustadzah Yoyoh
Yusroh pun baru kali pertama saat kabar kepulangan beliau ke rahmatullah
tengah ramai. Yoyoh Yusroh, wanita dengan 13 putra-putri ini tidak
banyak ba bi bu untuk mematahkan pandangan bahwa wanita tak memiliki
kesempatan untuk berkiprah. Dengan amanahnya di Komisi I DPR RI, beliau
semakin menguatkan menjadi tokoh wanita yang layak menjadi teladan.
Lembar
demi lembar buku ini saya baca ada saja yang sebabkan air mata
mengalir. Seluruh testimoni orang dalam buku ini sepakat pada satu
pendapat. Ustadzah Yoyoh adalah sosok wanita (muslimah) luar biasa.
Saya
terkesan dengan testimoni Ketua Fraksi PKS DPR RI, Mustafa Kamal. Dalam
awalan penuturannya tulis beliau, “Ibunda Yoyoh Yusroh adalah manusia
biasa, perempuan biasa. Sehari-hari nampak seperti ibu rumah tangga
biasa. Beliau tampil berbicara dengan gaya yang biasa-biasa saja.
Keseharian dan penampilannya pun biasa-biasa saja, penuh keserbabiasaan.
Namun, yang luar biasa adalah bahwa dengan keserbabiasaannya tersebut
beliau mampu menata dirinya menjadi luar biasa. Maka beliau tunduk
kepada Rabbnya, ikhlas pada agamanya, taat pada suaminya, percaya pada
pemimpinnya, dan setia kepada sahabat-sahabatnya.”
Ya. Sadar akan
kesederhanaan diri sebagai hamba adalah titik tolak yang menjadi suluh
kekuatan kita sebagai muslim. Buku ini bukan dimaksudkan mengkultuskan
sosok seorang Yoyoh Yusroh. Buku ini tampil menjadi referensi alternatif
di saat negeri ini kering akan sosok teladan seorang wanita.
Berkiprah
di dunia internasional maupun urusan dalam negeri, tidak membuat ibu
yang wafat di tahun 2011 lalu ini menanggalkan prioritasnya dalam
keluarga. Prestasi anak-anaknya tidak perlu diragukan. Bahkan, diakui
oleh salah seorang sahabat Bu Yoyoh, Ustadzah Wirianingsih, waktu paling
istimewa bagi Bu Yoyoh adalah saat berada di tengah keluarganya. Yakni
saat beliau menggorengkan pisang untuk anak-anaknya yang selalu ludes
sebelum pisang tertata di piring.
Kekuatan, kelembutan, ketegasan,
cinta, dan semangat berkarya adalah keteladanan terbaik yang beliau
tinggalkan untuk negeri. Tidak hanya untuk Indonesia bahkan. Tapi juga
untuk umat Islam di penjuru dunia. Kekuatan amalan yaumiah beliau adalah
prasyarat yang urung beliau lupakan. Kebiasaannya mengkhatamkan minimal
2 juz tilawah per hari, hafalan Quran, qiyamul lail yang tak pernah
absen, Dhuha, shaum Daud, adalah back up terbaik dalam terjun ke dunia
dakwah.
Beliau buktikan pada Muslim di tanah air, khususnya
wanita, bahwa politik adalah jua ranah yang mesti kita (muslimah) garap.
“Memisahkan perempuan dari politik sama dengan memisahkan masyarakat
dari lingkungannya.” Ungkap Bu Yoyoh semasa hidupnya.
Aktivitas
publik dan domestik (kerumahtanggaan) adalah dua hal yang nyatanya mampu
dijalankan secara apik dan seimbang oleh beliau. Yang menjadi PR untuk
kita muslimah adalah, mampukah kita meneladani atau bahkan berjuang
lebih dari beliau?
Karena dari rahim dan tangan wanitalah tercipta
peradaban. Maka menjadikan wanita di negeri ini cerdas intelektual,
sosial, dan ruhiyah (reliji) adalah kerja kita bersama.
“Wahai Saudariku, kita telah banyak menikmati hidup ini. Telah berapa tahun waktu yang kita lewati. Badan yang sehat telah kita nikmati. Rezeki yang cukup telah kita rasakan. Ilmu yang memadai telah tersimpan dan banyak lagi yang seharusnya kita ungkapkan sebagai wujud syukur kita kepada kekasih dambaan. Sekarang, saatnya kita berbuat. Untuk memperkuat barisan ummat. Menepis semua penghujat, tampil ke medan juang sebagai penyelamat.” (Yoyoh Yusroh)
Untukmu muslimah pencipta peradaban Islami…
0 komentar:
Posting Komentar