PKS NEWS UPDATE:
« »

Sabtu, 09 Juni 2012

Hidayat: Sungai Ciliwung Berpotensi Menjadi Wisata Sungai



JAKARTA (5/6) - Tahun 2012, Hari Lingkungan Hidup Sedunia sudah menginjak usia ke-40. Pada usia ke-40, seharusnya lingkungan semakin lama semakin baik. Namun pada kenyataannya, pencemaran lingkungan semakin lama semakin parah.

Cagub DKI Jakarta, Hidayat Nurwahid, mengatakan saat ini Jakarta sebagai ibukota negara mendapat berbagai 'penghargaan' mengenai lingkungan dari mulai kota terpolusi nomor 3 di dunia, kota termacet di dunia, kota dengan mal paling banyak sampai kota dengan tempat sampah terpanjang di dunia.

"Padahal dalam sejarahnya, sungai Ciliwung adalah sumber kehidupan masyarakat di tanah Pasundan dan Pajajaran sampai Batavia. Ciliwung menjadi sumber air bersih untuk minum, memasak dan mandi, sumber air untuk pertanian jalur transportasi perdagangan serta tamasya," ujar Hidayat di sela-sela kegiatan menyusuri sungai Ciliwung, Jakarta, Selasa (5/6/2012).

Menurut mantan Ketua MPR ini, kondisi obyektif tingkat pencemaran sungai Ciliwung cukup parah. Saat ini sampah per hari yang mengotori sungai Ciliwung mencapai 360 m3. Setahun sampah sungai Ciliwung mencapai 131.400 m3 setara dengan 2 candi Borobudur (1 candi volumenya 55.000 m3).

Kondisi hutan yang ada di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung sudah sangat kritis. Dari syarat 30% hutan yang ditentukan, hanya tersisa 9% hutan di DAS Ciliwung. Mennurut cagub DKI nomor urut 4 ini, sungai Ciliwung yang dulu menjadi sumber kehidupan sekarang menjadi sumber bencana terlebih ketika musim hujan datang.

Dia menambahkan, setidaknya ada tiga hal yang perlu dilakukan gubernur DKI mendatang untuk memperbaiki kondisi sungai Ciliwung.

Pertama, melakukan koordinasi secara menyeluruh dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah tetangga yang menjadi aliran Ciliwung (Jawa Barat, Kabupaten Bogor, Kota Bogor dan Kota Depok). Untuk itu, diperlukan pemimpin Jakarta yang mampu membangun komunikasi dan kerjasama dengan pemerintah pusat dan kepala daerah penyangga.

Kedua, bersama-sama membentuk komunitas masyarakat peduli Ciliwung dengan menerapkan aturan ‘anti-rubbish dracula’, yaitu memberikan hukuman kepada warga yang tertangkap basah membuang sampah ke sungai dan menjadikannya sebagai sebagai mata-mata bagi orang yang membuang sampah lainnya untuk dihukum pula.

Ketiga, membangun wisata sungai. Membangun wisata sungai seperti sungai Chao Praya di Bangkok. Sungai Chao Praya airnya sama cokelatnya seperti di Ciliwung, belakangnya juga banyak eceng gondok. Tapi wisatanya maju dan berkembang karena mereka memperhatikan kebersihan.

"Bedanya lagi, rumah-rumah di Thailand menghadap sungai tidak seperti di Indonesia. Rumah masyarakat membelakangi sungai. Atau bisa juga dengan mencontoh China, beberapa pinggir sungai dibebaskan dan dibuat jogging track atau jalur pejalan kaki," pungkas Hidayat.




0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons | Re-Design by PKS Piyungan