PKS NEWS UPDATE:
« »

Sabtu, 09 Juni 2012

Ini Harta Kekayaan Milik Didik Rachbini

DEPOK – Tim Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyambangi rumah calon wakil gubernur DKI Jakarta, Didik Junaedi Rachbini, di Perumahan Pesona Depok Blok AS/4 Sukmajaya, Depok.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tim KPK kepada Didik dan istrinya seputar kepemilikan tanah, bangunan dan pendapatan yang diterima dari bangunan yang disewakan, serta harta bergerak dan tak bergerak.

Total hasil audit angka kekayaan Didik diketahui mencapai Rp7,79 miliar. "Ini jumlah koreksi setelah dilakukan penyesuain harga baru dari apa yang saya miliki," ujar Didik, Jumat (8/6/2012).

Ia menambahkan, sebelumnya harta kekayaanya juga pernah didata pada tahun 2006. "Saat itu totalnya ada Rp4,4 miliar," ungkapnya.

Kenaikan total harta yang ia milik dari Rp4,4 miliar menjadi Rp7,79 miliar ia akui adalah hasil dari usahanya dari berbagai bidang. Seperti dari pertanian, perkebunan dan pertambangan.

Disebutkan pula hasil dari rumahnya yang disewakan, gaji yang ia dapatkan dari jabatannya sebagai komisaris, guru besar dan dosen. "Juga sebagian ada dari hasil menjadi pembicara," ujar pria yang juga menjadi ekonom tersebut.

Gaji pertahun yang ia dapatkan dari jabatannya sendiri mencapai Rp570 juta pertahun. Kemudian Penghasilan dari bangunan yang disewakannya sebesar Rp85 juta. Selanjutnya ia menjelaskan rincian harta tidak bergerak yang ia miliki sebesar Rp3,8 miliar. Beberapa berasal dari surat berharga sebesar Rp20 juta "Ini (Rp20 juta) dari saham-saham kecil," imbuhnya.

Selanjutnya terdata harta Giro setara kas dan tabungannya sebesar Rp3,5 miliar. Ia pun memiliki simpanan uang Dollar sebesar USD8.300.

Sedangkan untuk harta tidak bergerak yang ia miliki terdata sebesar Rp444 juta. " Itu adalah jumlah dari harga mobil BMW tahun 2004 dan Honda Jazz yang saya miliki," paparnya.

Ia berkata hartanya yang mecapai Rp7,79 miliar tersebut ia kumpulkan selama 30 tahun ia berkarir. "Sebagian nanti akan ada yang dijadikan dana untuk kampanye saya," tambahnya.
Koordinator UPHKPN KPK Najib Wahito mengatakan dari hasil pendataan ini secara resmi akan diumumkan pada 14 Juni nanti. "Akan kami sampaikan bersamaan dengan pendataan cagub dan cawagub lain yang saat ini juga sedang didata," ujarnya.


sumber : http://jakarta.okezone.com/read/2012/06/08/505/643803/ini-harta-kekayaan-milik-didik-rachbini

Hidayat: Sungai Ciliwung Berpotensi Menjadi Wisata Sungai



JAKARTA (5/6) - Tahun 2012, Hari Lingkungan Hidup Sedunia sudah menginjak usia ke-40. Pada usia ke-40, seharusnya lingkungan semakin lama semakin baik. Namun pada kenyataannya, pencemaran lingkungan semakin lama semakin parah.

Cagub DKI Jakarta, Hidayat Nurwahid, mengatakan saat ini Jakarta sebagai ibukota negara mendapat berbagai 'penghargaan' mengenai lingkungan dari mulai kota terpolusi nomor 3 di dunia, kota termacet di dunia, kota dengan mal paling banyak sampai kota dengan tempat sampah terpanjang di dunia.

"Padahal dalam sejarahnya, sungai Ciliwung adalah sumber kehidupan masyarakat di tanah Pasundan dan Pajajaran sampai Batavia. Ciliwung menjadi sumber air bersih untuk minum, memasak dan mandi, sumber air untuk pertanian jalur transportasi perdagangan serta tamasya," ujar Hidayat di sela-sela kegiatan menyusuri sungai Ciliwung, Jakarta, Selasa (5/6/2012).

Menurut mantan Ketua MPR ini, kondisi obyektif tingkat pencemaran sungai Ciliwung cukup parah. Saat ini sampah per hari yang mengotori sungai Ciliwung mencapai 360 m3. Setahun sampah sungai Ciliwung mencapai 131.400 m3 setara dengan 2 candi Borobudur (1 candi volumenya 55.000 m3).

Kondisi hutan yang ada di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung sudah sangat kritis. Dari syarat 30% hutan yang ditentukan, hanya tersisa 9% hutan di DAS Ciliwung. Mennurut cagub DKI nomor urut 4 ini, sungai Ciliwung yang dulu menjadi sumber kehidupan sekarang menjadi sumber bencana terlebih ketika musim hujan datang.

Dia menambahkan, setidaknya ada tiga hal yang perlu dilakukan gubernur DKI mendatang untuk memperbaiki kondisi sungai Ciliwung.

Pertama, melakukan koordinasi secara menyeluruh dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah tetangga yang menjadi aliran Ciliwung (Jawa Barat, Kabupaten Bogor, Kota Bogor dan Kota Depok). Untuk itu, diperlukan pemimpin Jakarta yang mampu membangun komunikasi dan kerjasama dengan pemerintah pusat dan kepala daerah penyangga.

Kedua, bersama-sama membentuk komunitas masyarakat peduli Ciliwung dengan menerapkan aturan ‘anti-rubbish dracula’, yaitu memberikan hukuman kepada warga yang tertangkap basah membuang sampah ke sungai dan menjadikannya sebagai sebagai mata-mata bagi orang yang membuang sampah lainnya untuk dihukum pula.

Ketiga, membangun wisata sungai. Membangun wisata sungai seperti sungai Chao Praya di Bangkok. Sungai Chao Praya airnya sama cokelatnya seperti di Ciliwung, belakangnya juga banyak eceng gondok. Tapi wisatanya maju dan berkembang karena mereka memperhatikan kebersihan.

"Bedanya lagi, rumah-rumah di Thailand menghadap sungai tidak seperti di Indonesia. Rumah masyarakat membelakangi sungai. Atau bisa juga dengan mencontoh China, beberapa pinggir sungai dibebaskan dan dibuat jogging track atau jalur pejalan kaki," pungkas Hidayat.




Kamis, 07 Juni 2012

Belajar dari Umar : Mengerti Tanpa Henti

Belajar dari Umar : Mengerti Tanpa Henti

Posted by pak cah on April 2, 2012
Oleh : Cahyadi Takariawan
gambar : Google
Umar bin Khattab dilahirkan 12 tahun setelah kelahiran Rasulullah saw. Ayahnya bernama Khattab dan ibunya bernama Khatmah. Perawakannya tinggi besar dan tegap dengan otot-otot yang menonjol pada kaki dan tangannya, berjenggot lebat, berwajah tampan, dengan warna kulit yang coklat kemerah-merahan. Umar dibesarkan di lingkungan Bani Adi, salah satu kabilah Quraisy. Nasabnya  adalah  Umar  bin  Khattab  bin Nufail bin Abdul Uzza bin  Riyah  bin  Abdullah  bin  Qarth bin Razah bin Adiy bin  Ka’ab binLu’ay bin Ghalib.
Umar adalah sosok yang tegas, pemberani, visioner, namun sekaligus sederhana,. bijaksana dan lembut. Ketika Umar menjadi khalifah kedua setelah wafatnya Abubakar Ash Shidiq, wilayah kekhalifahan berkembang sangat luas. Itu karena kerja keras yang dilakukan untuk menyebarkan nilai Islam sebagai rahmat bagi semesta alam. Ia berhasil membawa Islam ke Persia, Mesir, Syam, Irak, Burqah, Tripoli bagian barat, Azerbaijan, Jurjan, Basrah, Kufah dan Kairo.
Khalifah yang Sederhana
Suatu hari, seorang utusan Romawi tengah mencari Khalifah Umar bin Khattab. Setelah beberapa saat tak menemukan istana Khalifah, ia bertanya kepada orang yang dijumpainya. “Dimanakah istana Khalifah Umar?” Orang itu menjawab, “Ia tidak punya istana.” Utusan Romawi bertanya lagi, “Lalu, dimana benteng Khalifah Umar?” Orang itu menjawab, “Tidak ada.”
Orang itu menunjukkan rumah Sang Khalifah yang terlihat seperti rumah orang biasa. Segera didatanginya rumah tersebut dan utusan Romawi menanyakan keberadaan Amirul Mukminin. Alangkah terkejutnya saat mendengar jawaban dari keluarga Umar: “Itu Umar di sana, sedang tertidur di bawah pohon.”
Karakter yang sangat pantas diteladani dari Umar adalah kesederhanaan hidup, dan kebersahajaan dalam penampilan. Betapa mahal kesederhanaan pada zaman kita sekarang. Umar adalah sosok yang sangat sederhana dan memperhatikan kepentingan rakyatnya. Ia istirahat siang sejenak di depan rumahnya, di bawah sebuah pohon, tanpa pengawal. Agar selalu bisa dilihat oleh rakyatnya bahwa ia ada di rumah, sehingga bisa ditemui untuk berbagai urusan mereka.
Suatu saat Umar bin Khathab pernah berkata, “Sesungguhnya seorang pemimpin itu diangkat dari antara kalian bukan dari bangsa lain. Pemimpin itu harus berbuat untuk kepentingan kalian, bukan untuk kepentingan dirinya, golongannya, dan bukan untuk menindas kaum lemah. Demi Allah, apabila ada di antara pemimpin dari kamu sekalian menindas yang lemah, maka kepada orang yang ditindas itu diberikan haknya untuk membalas pemimpin itu. Begitu pula jika seorang pemimpin di antara kamu sekalian menghina seseorang di hadapan umum, maka kepada orang itu harus diberikan haknya untuk membalas hal yang setimpal”.
Umar selalu berusaha untuk mengerti dan memenuhi kebutuhan rakyatnya. Qatadah pernah berkata, ”Pada suatu hari Umar bin Khattab memakai jubah yang terbuat dari bulu domba yang sebagiannnya dipenuhi dengan tambalan dari kulit, padahal waktu itu beliau adalah seorang khalifah. Sambil memikul jagung ia berjalan mendatangi pasar untuk menjamu orang-orang.”
Abdullah bin Umar, putera sang Khalifah menceritakan bahwa Umar bin Khattab pernah berkata : “Seandainya ada anak kambing yang mati di tepian sungai Eufrat, maka umar merasa takut diminta pertanggung jawaban oleh Allah SWT.”
Umar adalah sosok pemimpin yang mendahulukan kepentingan rakyat, maka ia buktikan bahwa ia adalah orang yang lebih dahulu lapar dan yang paling terakhir kenyang, Umar pernah berjanji tidak akan makan minyak samin dan daging hingga seluruh rakyat kenyang memakannya.
gambar : Google
Habish yang Membuat Murka
Suatu ketika Utbah bin Farqad, Gubernur Azerbaijan, disuguhi makanan oleh rakyatnya. Dengan senang hati gubernur menerimanya.
“Apa nama makanan ini?”.  tanya Gubernur.
“Namanya Habish, terbuat dari minyak samin dan kurma”, jawab salah seorang dari mereka.
Utbah segera mencicipi makanan itu. “Subhanallah, betapa manis dan enak makanan ini. Jika makanan ini kita kirim kepada Amirul Mukminin Umar bin Khattab di Madinah dia akan senang”,, ujar Utbah.
Segera ia memerintahkan rakyatnya untuk berangkat ke Madinah dengan membawa Habish bagi Khalifah Umar. Khalifah segera membuka dan mencicipinya.
“Makanan apa ini?” tanya Umar.
“Makanan ini namanya Habish. Makanan paling lezat di Azerbaijan,” jawab salah seorang utusan.
“Apakah seluruh rakyat Azerbaijan bia menikmati makanan ini?”, tanya Umar lagi.
“Oh, tidak semua rakyat bisa menikmatinya”, jawab utusan itu.
Wajah Khalifah langsung memerah karena marah. Ia segera memerintahkan kedua utusan itu untuk membawa kembali habish ke negrinya. Kepada Gubernur ia menulis surat: “Makanan semanis dan selezat ini tidak dibuat dari uang ayah dan ibumu. Kenyangkan dulu perut rakyatmu dengan makanan ini sebelum engkau mengenyangkan perutmu”.
Itulah Khalifah Umar bin Khathab, yang selalu mengerti kondisi rakyatnya. Ia tidak mau menyakiti hati rakyat yang dipimpinnya. Ia sangat menjaga dan merawat perasaan rakyat. Betapa rindu kita dengan sosok yang sangat kuat visi kenegaraannya, namun sekaligus memberikan keteladanan dalam kesederhanaan bagi masyarakat.

http://cahyadi-takariawan.web.id/?p=2276

Bahaya Kantong Plastik


Ketika Halaqah Tak Lagi Dirindui

dakwatuna.com - Suara-suara mendengung bak lebah itu menumbuhkan suasana syahdu dan khusyuk. Lantunan kalam Ilahi yang meluncur dari lisan-lisan shalih itu bak mantera penguat jiwa. Muraja’ah hafalan surat-surat dalam Al-Qur’an serta talaqqi madahpenuh dengan semangat dan optimisme yang tinggi. Pertemuan pekanan ini ibarat ruh bagi jiwa, bak air untuk kehidupan.

Majelis pekanan yang lazim dikenal sebagai halaqah, tak bisa dipungkiri adalah nadi bagi sebuah harakah Islamiyah. Di dalamnya, para kader dakwah berinteraksi secara intim dan intens di bawah bimbingan seorang Murabbi. Pertemuan-pertemuan pekanan semacam ini haruslah dinamis dan produktif agar harakah Islamiyah dapat terus menggulirkan amal-amal dakwah demi kejayaan Islam. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa tak selalu halaqah ini berjalan mulus. Ada kalanya rutinitas pekanan ini didera kelesuan. Karena bagaimanapun pribadi-pribadi di dalamnya adalah manusia, bukan kumpulan para malaikat, yang memiliki iman yang fluktuatif.

Mengapa sebuah halaqah tak lagi nyaman didatangi?

Pertama, disorientasi tujuan.
Motivasi orang mengikuti kajian rutin seperti halaqah sangat beragam. Ada yang karena ingin mendalami ilmu agama. Ada yang tertarik oleh ajakan kawan. Ada yang bersungguh-sungguh ingin menegakkan agama Allah. Pun tak sedikit yang semangat berhalaqah agar naik jenjang keanggotaan dalam jamaah. Nah, ketika dirasa peluang naik tingkat sangat kecil, bukan tidak mungkin semangat yang sebelumnya menyala-nyala bisa langsung padam. Disorientasi tujuan ini berkaitan erat dengan ruhiyah seseorang sehingga ketika ada yang mengalami hal ini, maka pasokan ruhiyahnya harus ditingkatkan. Bisikan-bisikan hawa nafsu harus ditepis agar keikhlasan tetap terjaga. Komitmen bergabung dalam jamaah dakwah harus dikuatkan kembali.

Kedua, pelaksanaan halaqah yang membosankan.
Bagaimanapun, mengelola halaqah ada seninya. Meskipun kurikulum sudah ada, silabus sudah lengkap dan tujuan masing-masing materi sudah jelas, tetap saja diperlukan strategi agar halaqah berjalan dinamis dan penuh kesan. Halaqah yang melibatkan semua komponen dan bergerak menuju arah yang sama tentulah halaqah yang sangat dinanti-nantikan kehadirannya. Oleh karenanya setiap individu di dalam halaqah memiliki peranan yang sangat penting demi mewujudkan halaqah yang dirindui.

Ketiga, hubungan Murabbi dengan mutarabbi.
Murabbi sebagai pemimpin dan pengendali halaqah memegang peranan yang paling penting. Sosoknya haruslah mampu diterima semua anggota kelompok. Tidak ada penolakan terhadap dirinya. Imam Hasan Al Banna mengibaratkan figur ini sebagai syaikh dalam hal kepakaran ilmu, orang tua dalam hal kasih sayang, guru dalam hal pengajaran, kakak dalam hal teladan dan pemimpin untuk urusan ketaatan.
Pernah ada seorang mutarabbi yang menyampaikan kepada Murabbinya, “Ustadz, saya usul dalam halaqah kita ketika adzan Isya’ berkumandang marilah kita segera shalat berjamaah sebagaimana ketika kita shalat Maghrib.” Tak dinyana, jawaban Sang Murabbi begini.”Akhi, saya ketika halaqah dengan para doktor-doktor syariah biasa saja gak shalat Isya’ jamaah waktu halaqah. Shalatnya nanti di rumah saja biar waktu halaqah nggak terlalu lama. Saya rasa, yang perlu diperbaiki itu komitmen Antum. Antum suka datang telat, waktu halaqah tidur, kurang ihtiram, gak setor hafalan….”

Menjadi pemimpin, tak boleh alergi kritik sebagaimana menjadi mutarabbi pun tak boleh alergi nasihat dan teguran. Ketika jawaban tersebut disampaikan, maka si Al akh pun balik membalas, “Ustadz, saya kan usul. Usul itu bisa diterima atau ditolak. Kalo diterima, Alhamdulillah kalo nggak ya nggak apa-apa. Jangan malah membeberkan aib-aib saya…”

Ketika hubungan Murabbi-Mutarabbi seperti ini –saling menyerang- pastilah halaqah bukan lagi momen yang dirindukan. Ia akan menjadi waktu yang tidak diharapkan, atau dijalani dengan terpaksa. Dihadiri tanpa semangat. Oleh karenanya harus ada hubungan yang mesra antara Murabbi dengan mutarabbi-nya. Jika hubungan ini sudah tercipta, niscaya halaqah akan menjadi momen yang dinanti-nanti.

Keempat, melemahnya militansi.
Bisa jadi, masa-masa awal mengikuti halaqah adalah momen-momen yang tak terlupakan. Berkobar-kobarnya semangat dan keinginan meninggikan agama Allah. Setelah itu akan dirasakan kestabilan dan keadaan yang biasa-biasa saja. Kesibukan dunia, rutinitas kerja, tuntutan-tuntutan di luar dakwah dan kompleksitas dari ketiga faktor di atas akan melemahkan militansi. Pada kondisi seperti ini, halaqah bisa berubah menjadi sekedar rutinitas yang menjemukan. Hanya akan menjadi majelis ‘setor muka’. Jika ini yang terjadi, maka wajarlah jika kelak lambat laun halaqah tak akan lagi dirindui. Oleh karenanya, bangkitlah! Semangat itu tak dicari, tapi ditumbuhkan. Kemudian dipupuk dan dijaga dari hama dan virus yang akan melemahkannya. Militansi tak kenal musim. Ia harus dijaga senantiasa hidup dan menjadi api perjuangan.

Wahai Saudaraku, mari tumbuhkan kerinduan akan hari itu. Hari pertemuan kita dengan saudara yang diikat karena Allah. Hari yang di dalamnya penuh keberkahan dan doa para malaikat. Satu hari dalam setiap minggu yang kita dedikasikan untuk menghasilkan amal-amal dakwah dalam bingkai harakah Islamiyah…
 
Qonitatillah, MSc.
Ibu rumah tangga dengan empat orang anak. Menyelesaikan studi master dalam bidang Solar Cell di jurusan Kimia, Fakulti Sains, Universiti Teknologi Malaysia pada tahun 2010. Aktif di Ikatan Keluarga Muslim Indonesia (IKMI) Johor, sebuah organisasi pemberdayaan TKI di Malaysia. Pengurus PIP PKS Johor. Tinggal di Johor Bahru, Malaysia.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/09/14363/ketika-halaqah-tak-lagi-dirindui/#ixzz1x8fPCbZD

Merindukan Sosok Ali Sadikin, AM Fatwa Dukung Hidayat+Didik Pimpin Jakarta


dakwatuna.com – Jakarta. Pasangan calon gubernur-wakil gubernur nomor urut empat, Hidayat-Didik terus mendapat dukungan dari berbagai elemen masyarakat. Kali ini anggota DPD AM Fatwa datang memberikan dukungan bersama elemen Human Resources Center (HRC).

“Hidayat, kita semua tahu bagaimana kepemimpinan nasionalnya,” kata AM.Fatwa, Kamis (31/5) bersama 300 lebih perwakilan kepemudaan HRC di Markas Pemenangan Hidayat-Didik, Jalan Buncit Raya 30, Jakarta Selatan.

Wakil ketua MPR 2004-2009 ini tak meragukan kapasitas kepemimpinan Hidayat yang sudah mendunia. Ketika menjabat presiden PKS pada pemilu 2004 lalu, Hidayat membawa PKS meraih suara tertinggi di Jakarta. Selain itu Hidayat sukses menjadi pucuk pimpinan lembaga tinggi negara, MPR dari 2004-2009.

“Terakhir beliau menjabat ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR, artinya hubungannya sudah dengan dunia internasional,” papar AM Fatwa.

HRC sendiri terdiri dari elemen inti kepemudaan seperti Pemuda Karang Taruna, Forum Mahasiswa Indonesia, Remaja Masjid Rawa Belong, Forum Masyarakat Tanah Tinggi, dan beberapa organisasi lainnya
“Kami siap bekerja dan memenangkan Pak Hidayat dan Pak Didik untuk menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta,” kata koordinator HRC Fahrurozi.

Hidayat Seperti Sosok Ali Sadikin
Senator Senayan ini juga mengungkapkan kerinduannya akan sosok Ali Sadikin, Gubernur DKI Jakarta ke 9. Menurut Fatwa, sosok Hidayat sangat pas dengan karakter kepemimpinan seperti Bang Ali.
Dia mengatakan matangnya kepemimpinan Ali Sadikin selama menjadi memimpin Jakarta.

“Ali Sadikin adalah gubernur paling dikenang oleh siapapun, khususnya warga Jakarta. Beliau membuat banyak gebrakan,” kata Mantan Staff Gubernur Ali Sadikin ini.

AM Fatwa percaya, pasangan Hidayat Didik mampu membuat Jakarta kembali jaya.
“Saya percaya, Jakarta akan sejahtera, kembali jaya,” pungkas AM Fatwa.***
 


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/06/20838/merindukan-sosok-ali-sadikin-am-fatwa-dukung-hidayatdidik-pimpin-jakarta/#ixzz1x8ZYVdiS


Kemenangan Itu Bermula Dari Dua Gua Sempit


dakwatuna.com – Paradigma kemenangan sering kali didefinisikan secara sempit sebagai sebuah hasil akhir yang diharapkan dalam mencapai sebuah tujuan. Sehingga nilai kemenangan selalu disetarakan dengan sisi-sisi yang bersifat materiil atau dapat dirasakan langsung. Padahal sebenarnya tidak selalu demikian. Persepsi ini sering dipahami oleh sebagian kelompok yang menganut paham materialistis.  Sehingga ketika tujuan tidak tercapai dalam waktu yang telah direncanakan, maka sudah divonis sebagai sebuah kegagalan.
Semoga kita tidak terjebak dengan persepsi sempit seperti di atas. Sebab, Kemenangan dalam perspektif Islam tidak mutlak diukur dengan tercapainya sebuah tujuan dalam waktu yang diinginkan. Maka, peristiwa hijrah menurut persepsi penulis adalah pelajaran berharga yang harus dipahami oleh setiap individu muslim dalam memahami ruang lingkup kesuksesan yang sebenarnya.
Mari kita coba sedikit menganalisa fase dakwah Rasulullah saw selama 13 tahun di Mekah sebagai bahan renungan kita terhadap persepsi ‘menang’. Karena begitu banyak peristiwa berharga yang dialami Rasulullah dan para sahabat selama di Mekah, yang jika dirasionalisasikan pada saat itu terkesan sebagai sebuah kegagalan.
Suatu hari, ketika Rasulullah saw menyampaikan risalah Islam di Thaif, beliau menghadapi tantangan yang luar biasa. Bukan sambutan hangat yang beliau dapat, tapi sebaliknya beliau mengalami luka yang cukup parah. Tapi bagaimana sikap Rasulullah? Ia hanya mengucapkan satu kata “Allahummahdi Qaumiy fainnahum laa ya’lamun”. Padahal ketika itu Jibril datang menawarkan, jika Rasulullah berdoa kepada Allah untuk membalikkan gunung-gunung yang ada dan dilemparkan kepada kaum musyrikin Thaif maka malaikat Jibril akan melakukan hal tersebut. Sikap ini sangat  sulit  untuk kita rasionalisasikan, akan  tetapi mengandung nilai kemenangan yang baru terbukti dan dirasakan beberapa tahun setelah peristiwa itu terjadi.
Banyak kisah sebenarnya yang dapat dijadikan pelajaran penting dalam memahami makna sukses dari perjalanan dakwah Rasulullah baik pada fase Mekah ataupun setelah beliau hijrah ke Madinah. Tapi mengapa peristiwa hijrah begitu besar pengaruhnya dalam proses perjalanan dakwah Rasulullah saw? Benarkah kesimpulan yang mengatakan bahwa hijrah merupakan momen “Fatihatun Nashr” kemenangan-kemenangan Islam pada fase berikutnya? Atau apakah prasyarat keberhasilan itu harus selalu dimulai dengan hijrah?
Memahami Makna Hijrah
Secara etimologi, hijrah berarti meninggalkan, atau berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain. Lalu Makna yang kedua ini sering dipakai dalam mendefinisikan hijrah secara terminologi. Tidak sulit untuk memberikan definisi terhadap peristiwa hijrah yang dilakukan oleh Rasulullah. Karena secara sederhana hijrah adalah perpindahan Rasulullah dan para sahabat dari Mekah ke Madinah.  Namun yang terpenting adalah memahami nilai-nilai hijrah itu sendiri untuk diterapkan pada tataran kehidupan kekinian.
Tak dapat diragukan lagi, peristiwa hijrah merupakan titik awal perubahan besar yang akan terjadi sesudahnya. Hijrah telah melepaskan kaum muslimin dari cengkraman jeruji kejahiliyahan dan tekanan kaum musyrikin Mekah. Di samping itu hijrah juga merupakan batas pemisah antara dua masa yang sangat berarti dalam perjalanan dakwah dan penerapan syariat, yaitu yang dikenal dengan fase Makkiy dan fase Madaniy. Sehingga dikenallah istilah surat Makiyah dan surat Madaniyah dalam Al Quran.
Banyak ujian dan cobaan yang telah dihadapi oleh Rasulullah dan para sahabat sebelum diizinkan untuk berhijrah. Sumayyah ibunda ‘Ammar bin Yasir merupakan orang pertama dalam Islam yang syahid dalam Islam ketika mempertahankan keyakinannya. Lalu mengapa Allah baru mengizinkan hijrah kepada Rasulullah dan para sahabatnya setelah 13 tahun fase dakwah di Mekah? Walaupun sebelumnya, telah terjadi peristiwa hijrah pertama ke bumi Habsyah. Bukankah Allah swt bisa berbuat sekehendaknya untuk memberikan kemudahan dan kemenangan kepada Rasulullah saw dan para sahabat?
Di antara salah satu hikmah yang utama dari proses dakwah fase Mekah ini adalah proses selektifitas kader dakwah yang betul-betul matang untuk melanjutkan estafet dakwah menuju fase-fase berikutnya. Karena jika Allah membukakan kemenangan secara mudah kepada kaum muslimin, maka kemenangan itu tidak akan terasa manis karena didapat dengan begitu mudah dan ketahanannya pun cenderung tidak bertahan lama. Maka ketika pertama kali dakwah dimulai, seiring itu pula terjadi proses latihan dan penyaringan yang sangat selektif dan alami. Dan ternyata, mereka inilah yang pada akhirnya berhasil menjadi busur sekaligus anak panah perkembangan Islam menuju puncak kejayaannya.
Setelah kita memahami makna hijrah yang sesungguhnya, sebagai sebuah proses yang mau tidak mau harus dijalani setiap individu muslim agar bisa mewujudkan kemenangan maka kita dapat menyimpulkan bahwa jika setiap muslim mampu melakukan hijrah niscaya ia akan menang. Tentu hijrah yang dilakukan Rasulullah dan para sahabat tidak dimaknai secara literlek yang harus kita terapkan saat ini. Kenapa? Karena Rasulullah saw sendiri sudah menyatakan “La Hijrata Ba’dal fath walakin Jihadun waniyyah” (sudah tidak ada hijrah setelah terbuka pintu kemenangan (Fath Makkah), Akan tetapi masih tersisa jihad dan niat untuk berhijrah. Sebagian ulama menafsirkan niat di sini adalah sebagai sebuah perpindahan dari kehidupan yang jauh dari nilai-nilai ilahi menuju kehidupan yang penuh dengan nilai-nilai rabbani.
Mengapa Hijrah Sebagai Pembuka Kemenangan?
Dari peristiwa hijrah kubro yang dilalui Nabi dan para sahabat, ada beberapa indikasi yang dijadikan faktor utama kemenangan dakwah. Faktor–faktor ini dapat kita lihat dari beberapa pelajaran dan ibrah yang kita ambil dari rentetan peristiwa hijrah itu sendiri. Di antaranya adalah:
1.  Sabar Dalam Menghadapi Makar Musuh
Begitu banyak rekaman sejarah dalam Al-Qur’an maupun sunnah yang menggambarkan permusuhan abadi kaum kufar dan musyrikin terhadap Islam dan kaum muslimin. Permusuhan ini biasanya disertai makar yang senantiasa mencoba untuk menggoyahkan keimanan dengan menggunakan segala daya dan upaya. Banyak cara yang mereka gunakan, baik dengan menawarkan harta dan kesenangan ataupun dengan siksaan demi siksaan. Nah, di sinilah sabar merupakan tameng awal dan jawaban dari semua itu. Sebab, sabar dalam perspektif Islam tidak kenal batas. Sabar dapat diterapkan dalam ketaatan, menghindari maksiat, dan bersabar dalam menghadapi musibah.
Rasulullah adalah orang pertama yang menerapkan sabar, bahkan ketika maut hampir menghampirinya ketika berdakwah dijalan Allah, ia hanya berkata “Allahummahdi qaumi fainnahum la ya’lamun”. Subhanallah! Rasulullah tidak tergesa-gesa mengejar kemenangan, dan sikap ini juga yang terpatri dalam jiwa setiap sahabat. Kesabaran inilah yang telah melahirkan semangat jihad dan semakin menambah keyakinan mereka bahwa jalan yang mereka tempuh penuh dengan cahaya. Sikap sabar ini juga melahirkan pribadi yang istiqamah dan tidak mudah goyah.  Maka sabar merupakan sebuah prasyarat mutlak dalam meniti tangga-tangga keberhasilan.
2. Al Akhzu bil asbab
Etos kerja ataupun usaha tidak boleh diabaikan begitu saja. Artinya, seluruh potensi harus dikerahkan yang disesuaikan dengan kondisi yang melingkupi saat itu. Rasulullah adalah contoh tauladan sebagai seorang sosok yang tak mudah menyerah dengan hanya mengandalkan satu cara. Ia selalu berfikir dan berbuat dengan amal yang sangat variatif agar dakwah mudah diterima dan cepat berkembang. Segala kreativitas dan inovasi dakwah beliau kerahkan. Gagal dengan satu cara beliau memanfaatkan metode lain. Sehingga beliau tidak pernah putus asa. Ini merupakan konsep membangun motivasi yang sangat jitu.
Ketika dakwah beliau di kota Mekah dan perkampungan sekitarnya tidak begitu mendapatkan sambutan yang positif. Beliau melihat ada potensi lain yang bisa dilakukan, yaitu mendakwahi para kabilah yang datang dari luar kota Mekah pada musim-musim haji. Pertemuan ini dilakukan Rasulullah di luar kota Mekah bersama kaum Auz dan Khazraj tepatnya di daerah yang bernama al ‘aqabah dan dalam catatan sejarah dikenal dengan bai’atul aqabah al ula. Perwakilan kaum Auz dan Khazraj terdiri dari 12 orang yang telah menyatakan keislaman mereka. Kreativitas dakwah Rasulullah tidak terhenti sampai di situ saja, lalu ia mengutus Mus’ab bin ‘Umair yang dikenal sebagai duta Islam pertama untuk kembali ke Yatsrib bersama kaum Auz dan Khazraj.
Peristiwa ini, pada akhirnya merupakan cikal bakal peristiwa hijrah beberapa tahun sesudahnya. Dan setelah terjadi kesepakatan antara kaum muslimin mekah dan Yatsrib ketika itu bahwa pusat dakwah akan dipindahkan dari Mekah ke Madinah, maka mulailah para sahabat melakukan hijrah sampai pada akhirnya diikuti oleh Rasulullah ketika telah turun wahyu yang mengizinkan beliau untuk hijrah. Momen ini sangat punya peran penting terhadap pertumbuhan dakwah dan akumulasi koalisi kekuatan Islam pada masa berikutnya.
3. Sistem Yang Rapi Prasyarat Kemenangan
Rentetan peristiwa hijrah, yang mungkin sebagian besar bahkan sudah sangat hafal, mengisyaratkan bahwa sebuah pekerjaan besar harus menggunakan sistem serta manajemen yang tertata rapi. Adanya pembagian tugas serta perencanaan yang sistematis dan matang, dan masing-masing individu memahami posisinya sehingga tidak terjadi benturan tugas yang akhirnya berakibat kepada proses sebuah rencana itu sendiri. Kita harus mampu memposisikan the right man on the right place.
Rasulullah adalah sosok yang brilian dalam menyusun strategi dan manajemen. Dengan kecerdasannya, ia dibantu Abu bakar dan sahabat lain telah berhasil mensukseskan perjalanan hijrah dengan selamat dan tanpa pertumpahan darah ataupun benturan fisik.
Namun ironis, tatanan sistem yang kokoh dan manajemen yang rapi telah hilang dari dunia Islam dan bahkan sudah diadopsi oleh Barat. Bahkan lebih dari itu, umat Islam seolah mengaminkan saja bahwa Islam tidak pernah kenal dengan konsep sistem dan manajemen yang rapi.
Kemenangan selamanya tidak akan bisa diraih hanya dengan mengandalkan semangat bekerja saja, akan tetapi harus dibarengi dengan membangun sistem dan manajemen yang komprehensif. Di samping itu perlu adanya kejelian melihat situasi dan kondisi. Jangan sampai kita kehilangan daya kreativitas karena alasan lingkungan dan kondisi yang ada di sekitar kita. Kelemahan fatal diri  kita adalah ketika kita tidak lagi mengenal diri kita. Jika hal itu terjadi, maka secanggih apapun sistem dan manajemen yang dibangun maka akan berakhir sia-sia.
4. Membangun Stabilitas Sosial
Pertama kali yang dilakukan Rasulullah saw di Madinah atau tepatnya di qubah adalah membangun Masjid. Dalam perspektif Islam, masjid tidak sebatas sebagai tempat ibadah vertikal antara hamba dan Rabb-Nya. Akan tetapi Masjid juga bisa berfungsi sebagai tempat menata kehidupan sosial masyarakat. Karena Islam dengan tegas mengakui bahwa manusia terdiri dari dua sisi yang harus selalu seimbang, yaitu materiil dan sprituil.
Setelah sarana dibangun, maka Rasulullah berfikir perlu adanya pembangunan dan pengembangan sumber daya manusia untuk menjalankan fungsi dalam sebuah sistem kehidupan yang baru. Maka nabi segera mengambil inisiatif untuk mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Anshar. Sebab, persaudaraan ini akan mempercepat proses perubahan sosial di tengah komunitas masyarakat. Kaum Muhajirin yang lebih memiliki skil dalam sistem perdagangan kembali menghidupkan pasar, dan bahkan dalam sejarah tercatat bahwa Rasulullah adalah orang pertama yang membangun pasar sebagai pusat ekonomi di Madinah. Kaum Anshar pun tetap dalam profesi mereka semula sebagai petani yang lebih spesifik mengurus pertanian.
Dalam proses selanjutnya, karena persaudaraan yang Rasul bina berdasarkan nilai keimanan dan keikhlasan, secara alami dan bertahap mulai tercipta takaful ijtima’iy (solidaritas sosial) di antara komunitas sosial yang sangat plural di kota Madinah. Bahkan nilai ukhuwah itu tercatat indah dalam berbagai kisah mengharu biru bagaimana ketika saad bin rabi’ menawarkan harta dan salah satu istrinya untuk diberikan kepada Abdurrahman bin Auf. Namun akhirnya Abdurrahman bin Auf lebih memilih untuk memulai kehidupan barunya sebagai pedagang dan menolak secara halus tawaran saudaranya, sampai akhirnya ia berhasil menjadi saudagar yang berhasil.
Stabilitas sosial yang mapan akan menjadi faktor pendukung terbukanya pintu-pintu kemenangan dan kejayaan. Hal itu terbukti ketika kaum muslimin memenangkan perang Ahzab. Peperangan dengan jumlah tidak seimbang ini mampu dimenangkan oleh kaum muslimin, tidak terlepas dari stabilitas sosial yang telah Rasulullah bina. Sehingga para sahabat begitu memahami nilai ukhuwah dan amal jama’iy (kerja kolektif) yang akhirnya mampu memukul mundur koalisi pasukan musuh.  Pada perang Khandaq ini juga Rasulullah memberikan kabar gembira kepada para sahabat yang beliau dapatkan dari Malaikat Jibril, bahwa setelah perang ini usai akan terjadi penaklukan besar-besaran di dataran Syam, Persia dan Yaman.
Kemenangan demi kemenangan mampu diraih kaum muslimin sehingga berhasil menguasai dua pertiga luas bumi di bawah naungan Islam selama lebih kurang delapan abad. Kemenangan itu tidak terwujud dengan mudah, tapi butuh waktu yang panjang dan pengorbanan tak terkira. Rahasia kemenangan ini sangat sederhana; sebagaimana dalam firman Allah In tanshurullah yanshurukum wayutsabbit aqdamakum”.
Dunia Islam kini tak secerah masa lalu. Sepertinya kita perlu merapikan kembali hubungan kita dengan Allah. Sudahkah kita menolong Allah? Sehingga Allah pun akan menolong kita. Kita selalu ingin menang, tapi sayang kita tak pernah kenal persepsi menang yang sesungguhnya. Wallahu a’lam.
 
Abu Fida Rabbany
Menyelesaikan SMA di MAPK/MAKN Koto Baru Padang Panjang. Pada tahun 1999 memulai pengembaraan ilmu di Bumi Kinanah Mesir. Sedang menyelesaikan tesis S2 di Dar el Ulum Cairo University Mesir.

Situs web: http://jokosumaryono.wordpress.com

Rabu, 06 Juni 2012

14 Harapan Di Balik Nama PKS


 


Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kini memasuki usianya yang ke-14. Ibarat manusia, usia 14 tahun dalam syariat diistilahkan dengan amrad, tahun terakhir amrad. Fase amrad merupakan masa di mana anak memerlukan pengembangan potensinya dan memasuki masa baligh. Sebelum fase amrad, telah dilalui tiga masa yaitu bayi (0-2 tahun), thufulah/anak-anak (2-7 tahun), dan tamyiz (7-10 tahun).

14 tahun juga berarti fase taklif akan menjelang. Taklif yang umumnya dimulai pada usia 15 tahun merupakan masa di mana tuntutan tanggungjawab dan beban sudah mulai berada di pundak seseorang.

Jika diperhatikan, perjalanan PKS juga mirip-mirip demikian. Kini ia berada pada masa pengembangan potensi-potensinya, untuk di tahun-tahun berikutnya harus siap memikul amanah dan tanggungjawab yang lebih besar dalam mengelola negara. Maka masa sekarang ini merupakan masa transisi sekaligus persiapan untuk mengambil tanggungjawab itu, yang jika dimaknai oleh kader dan struktur partai Islam itu akan menjadikannya kokoh dalam memimpin dan melayani.

Meskipun saat ini baru berusia 14 tahun, setidaknya telah ada 14 harapan terhadap PKS sesuai dengan namanya:

Pantang Korupsi Sogokan
Inilah yang diharapkan publik dari PKS, yang juga menjadi poin pertama dalam tulisan Al Muzammil Yusuf “Spiritualitas Politik”. Tahun lalu Kompas melaporkan, sepanjang 2004-2011 Kementerian Dalam Negeri mencatat sebanyak 158 kepala daerah tersangkut korupsi dan sedikitnya 42 anggota DPR pada 2008-2011 juga terseret korupsi. Semoga PKS bisa membuktikan kader-kadernya tidak terlibat dan selamanya tidak terlibat, bahkan berada pada garda terdepan pemberantasan korupsi.

Penghapus Kemiskinan Sistemik
Jika salah satu calon presiden Mesir sudah berkampanye “Kemiskinan adalah musuh pertama Mesir”, sesungguhnya Indonesia juga tidak jauh berbeda. Pada Maret 2011, angka kemiskinan tercatat sebesar 12,5 persen. Angka itu dari BPS, namun faktanya bisa lebih besar. Jika PKS mampu menggulirkan program-program peningkatan kesejahteraan, tentu ia telah mewujudkan salah satu harapan terbesar rakyat Indonesia. Selain melalui program partai, pada daerah yang kepala daerah (walikota/bupati/gubernur) nya PKS, perlu dijadikan sebagai daerah percontohan sehingga masyarakat percaya ketika PKS menang dan menjadi presiden, kemiskinan bisa diperangi.

Pelopor Kehidupan Syariah
Harapan yang tidak boleh diabaikan oleh PKS sebagai Partai Islam, apalagi partai dakwah adalah sebagai Pelopor Kehidupan ber-Syariah. Yakni bagaimana mengamalkan Islam dalam kehidupan sehari-hari dan memasukkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika kader-kader PKS telah ditarbiyah dengan tarbiyah Islamiyah, masyarakat juga berharap bahwa kebaikan itu bisa dirasakan pada level yang lebih luas.

Pemimpin Kharismatik Sederhana
Publik sangat respek dengan pemimpin-pemimpin yang kompeten, kharismatik namun tetap bersahaja. Orang-orang seperti Jenderal Soedirman dan M. Natsir jauh lebih disuka dan dirindukan daripada pemimpin yang tampil mewah atau bergaya parlente. Tokoh PKS semacam Hidayat Nur Wahid memenuhi kriteria seperti ini, dan karenanya ia disukai secara luas oleh orang-orang di luar PKS sekalipun. PKS harus memperbanyak pemimpin kharismatik sederhana seperti itu.

Partai Keikhlasan Sanubari
Singkatan ini juga dipakai Al Muzammil Yusuf pada tulisan “Spiritualitas Politik.” Pada tulisan itu ia merekam banyak peristiwa di mana orang-orang dari berbagai kalangan memilih dan berharap kepada PKS karena keikhlasan sanubarinya. Seperti seorang tokoh nasional yang menolak lamaran partai besar (waktu itu) dan memilih PKS, walaupun tak ada keuntungan duniawi yang diperolehnya. Seorang aleg partai lain rela meninggalkan partainya setelah mengetahui kebobrokan di gedung dewan, lalu memilih PKS meskipun tak ada jaminan apapun. Bahkan seorang haji yang berdoa dan mendapat petunjuk di samping ka'bah hingga keyakinannya kuat memilih PKS. Seperti kata Ibnu Qayyim bahwa hati yang ikhlas itu laksana cahaya yang bisa ditangkap hati ikhlas lainnya, semoga kader-kader PKS tetap menjaga keikhlasan dan idealismenya.

Palestina Kita Sayangi
Umat Islam itu bersaudara. Dan persaudaraan itu tak boleh dibatasi oleh sekat-sekat geografis. Jika kaum Muslimin di sebuah negara menderita, maka penderitaan itu juga dirasakan oleh saudara Muslim lainnya dan karenanya harus dibela. Palestina telah menjadi ikon bumi jihad akibat penjajahan Zionis Yahudi. PKS menjadi salah satu partai yang concern terhadap Palestina dan karenanya ia disukai dan menjadi harapan banyak Muslim di negeri ini. Ada kedekatan yang luar biasa yang harus terus dipertahankan, karena PKS itu artinya Palestina Kita Sayangi.

Partai Keluarga Sakinah
Di tengah maraknya kasus KDRT, perselingkuhan, perceraian, dan masalah rumah tangga, PKS hadir dengan Rumah Keluarga Indonesia (RKI). Jauh sebelum mendirikan RKI, kader-kader PKS telah berupaya menerapkan tuntunan Islam dalam berkeluarga. Maka keluarga PKS adalah keluarga cinta, baik antara suami istri maupun anak-anak buah hati mereka. Mungkin karena menyaksikan fenomena itu, banyak orang di luar PKS yang ingin memperoleh suami atau istri kader PKS. PKS dengan demikian dikenal sebagai Partai Keluarga Sakinah.

Partai Kader Sejati
Di saat banyak partai kesulitan menggerakkan massa tanpa uang, atau menghadirkan peserta kampanye, PKS bahkan bisa menggerakkan kader-kadernya sepanjang tahun, dekat atau jauh pemilu. Kader-kadernya juga terbiasa berkorban dan aktif dalam kegiatan sosial seperti baksos atau penanggulangan bencana. Mencari pengurus atau caleg, PKS juga tidak kesulitan karena sistem kaderisasinya jalan. PKS menjadi harapan karena ia adalah Partai Kader Sejati.

Partai Kaya Solusi
Untuk penanggulangan bencana, PKS membentuk P2B. Untuk mengatasi masalah kaum ibu dan perempuan, PKS mendirikan PWK. Untuk masalah keluarga dan rumah tangga, PKS memiliki RKI. Untuk memudahkan anak-anak belajar dan bertumbuh kembang sesuai tahapannya, PKS menyediakan Rumah Pelangi. Untuk menyerap aspirasi masyarakat PKS memiliki Rumah Aspirasi. Dan seterusnya. Pun dengan masalah bangsa dan negara. Ketika pemerintah didera kesulitan lantaran BBM, PKS pun mengusulkan solusi. Masyarakat mengharapkan partai yang mampu memberikan solusi, bukan hanya partai yang hanya mampu mengeluhkan masalah. PKS harus menjadi Partai Kaya Solusi.

Penegak Keadilan Sosial
Persoalan hukum masih menjadi hal yang sangat diimpikan oleh mayoritas penduduk negeri ini. Bayangkan, maling ayam atau pencuri sandal yang nilainya hanya puluhan ribu bisa mendekam lama di penjara bahkan diadili massa, sementara koruptor yang nilainya puluhan milyar bahkan tiliun, tampak nyaman-nyaman saja. PKS yang dari awal diketahui kritis diharapkan menjadi Penegak Keadilan Sosial.

Partai Konsisten Sekali
Spanduk ada di mana-mana. “Bersama rakyat PKS konsiten menolak BBM naik.” Masyarakat mulai tahu dan menaruh harapan pada partai yang konsisten memperjuangkan aspirasi masyarakat, bukan berjuang hanya demi kekuasaan dan keuntungan pribadi. PKS harus terus bertahan menjadi Partai Konsisten Sekali.

Partai Kalem dan Santun
Ini yang disukai dan menjadi diferensiasi dari partai-partai lainnya. PKS, tercermin dari kader dan tokoh-tokohnya, harus menjaga sikap kalem dan santunnya. Tidak arogan, tidak sok berkuasa. Tulisan Dahlan Iskan “Massa Santun di Dunia yang Begertah” pada 2003 lalu, perlu dihayati dan dipertahankan nilai-nilai positifnya.

Pilihan Kyai dan Santri
Karena PKS adalah partai Islam dan kader-kadernya yang tertarbiyah menunjukkan akhlak Islamiyah, maka PKS juga membawa harapan para Kyai dan Santri. Jika PKS mampu menjaga harapan itu, apalagi mendekati dan mengajak para Kyai di barisan terdepan pemilih PKS, insya Allah kemenangan akan didapatkan hingga pelosok-pelosok desa dan pesantren-pesantren.

Pilihan Kita Semua
Kebaikan yang terus dihimpun dan kemaslahatan yang terus ditebarkan kepada masyarakat pada akhirnya membuat semakin banyak orang percaya bahwa PKS adalah Pilihan Kita Semua.

Selamat Milad ke-14, semoga PKS terus berjuang menegakkan keadilan dan mewujudkan kesejahteraan, menjadi partai dakwah yang kokoh untuk melayani dan memimpin bangsa. [Jundijustice]

Written By Admin BeDa on Sabtu, 21 April 2012 | 09:00
Sumber http://www.bersamadakwah.com/2012/04/14-harapan-di-balik-nama-pks.html

Jumat, 01 Juni 2012

Visi Misi Hidayat+Didik

 

 

 

 

 

Visi

Menuju Jakarta yang SEJAHTERA, MODERN, dan BERBUDAYA.

Misi

  • Menjamin pemenuhan kebutuhan pendidikan 12 tahun dan peningkatan kualitas pendidikan
  • Meningkatkan akses pelayanan kesehatan khususnya bagi warga miskin dan tidak mampu
  • Menyediakan kebutuhan dasar pemukiman dan air bersih dengan akses yang lebih mudah
  • Mewujudkan jaminan sosial bagi penduduk khusus (manula, ibu hamil, balita dan penyandangan cacat)
  • Mendorong pengembangan industri kreatif dan pariwisata untuk menciptakan lapangan kerja
  • Mengembangkan UKM, industri rumahan dan sektor informal
  • Mendorong partisipasi publik dalam kebijakan dan penurunan kriminalitas
  • Mewujudkan Jakarta sebagai Kota Utama di Asia
  • Menyediakan transportasi publik yang modern, terjangkau dan manusiawi
  • Membangun sistem pencegahan banjir melalui peningkatan daya resap air tanah dan infrastruktur pengendali banjir
  • Mengembangkan infrastruktur kota modern (teknologi informasi dan kesediaan energi)
  • Menciptakan birokrasi yang bersih dan responsif dalam melayani publik
  • Mewujudkan iklim investasi yang kondusif dan perizinan usaha yang mudah
  • Mengembangkan industri jasa keuangan, teknologi informasi dan cyber city
  • Mewujudkan kemananan dan kepastian hukum yang sama bagi semua warga
  • Meningkatkan ruang terbuka hijau dalam rangka mewujudkan "Jakarta Green City"
  • Mewujudkan keseimbangan lingkungan hidup dan daya dukung kota
  • Mewujudkan tata ruang integral dan taman interaktif bagi warga
  • Melestarikan nilai budaya lokal dan mengembangkan Jakarta sebagai kota ragam budaya
  • Menciptakan keharmonisan warga yang dibingkai dengan kerukunan antar umat beragama dan kearifan lokal

Wawancara Didik J. Rachbini: Jakarta Itu Tiga: Sejahtera, Modern, dan Berbudaya

Wawancara Didik J. Rachbini: Jakarta Itu Tiga: Sejahtera, Modern, dan Berbudaya

01 Juni 2012 - 12:00:00 WIB
Rubric :  EkonomiBisnis
Diposting oleh : Ihsan ()




Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) DKI sudah di depan mata. Persaingan para kandidat calon pengisi kursi DKI-1 dan DKI-2 pun dipastikan akan sangat ketat dan sengit. Maklum saja, Jakarta adalah ibu kota negara. Di sinilah magnet 60% ekonomi nasional memikat warga dengan berbagai latar belakang agama, budaya, dan pendidikan, dari Sabang hingga Merauke. Sadar akan potensi keragaman itu, Hidayat Nur Wahid (HNW)-Didik J. Rachbini (DJR) tampil ke depan membuka mimpi menjadi kenyataan agar Jakarta sejahtera, modern, dan berbudaya.

Bagaimana pasangan yang diusung oleh PKS dan PAN ini menerjemahkan visi dan misi membawa Jakarta ke depan? Didik J. Rachbini, sang calon wakil gubernur,  berbagi pandangan visi dan misi HNW-DJR dalam sebuah wawancara khusus dengan Fekum Ariesbowo W. dari Warta Ekonomi di ruang kerjanya sebagai pengajar Pascasarjana Universitas Mercu Buana, Menteng Raya, Jakarta, Senin (21/5) lalu. Berikut nukilannya.

Apa solusi Anda untuk mengatasi kemacetan?
    Solusinya adalah, tidak bisa tidak, melalui transportasi masal. Ada tiga pilar dalam hal ini. Pertama, dengan maksimalisasi armada busway sebanyak mungkin sehingga orang tidak lagi menunggu sampai satu jam. Lalu, siapa yang memasok armada? Itu bisa pemerintah, bisa swasta. Mereka dipersaingkan,  mana yang lebih efisien. Mereka yang lebih efisien, maka dapat memasok armada yang lebih banyak.
    Kedua, monorel. Itu harus berjalan karena akan menambah kapasitas. Pilar terakhir adalah mass rapid transit (MRT) yang menghubungkan jalur utara-selatan dan timur-barat. Sudah ada ahli transportasi yang membantu kami. Soal pendanaan monorel dari swasta, MRT juga bisa swasta. Skema kerjasama dengan skema public-private partnership (PPP dan sudah banyak yang meminta.

Soal banjir Ibu Kota, bagaimana pola penanganannya?
    Untuk menanggulangi banjir, ada tiga strategi besar. Strategi pertama, kanal sudah ada yaitu Kanal Banjir Barat dan Kanal Banjir Timur. Satu hal yang perlu diurai adalah membuat kanal-kanal sekunder di bagian kanan-kiri kanal banjir yang ada. Atau dengan kata lain, memaksimalkan kanal dan distribusinya. Saat ini banyak wilayah yang hanya mengalami genangan saja. Ketika genangan itu masuk kanal, sudah beres.
    Kedua, dengan normalisasi sungai di Jakarta yang saat ini ada 13. Sungai harus diperlebar. Lalu yang tinggal di pinggir sungai itu secara bertahap masuk bersamaan dengan konsolidasi lahan untuk permukiman, dari permukiman kumuh menjadi permukiman bersih. Jadi, mereka tidak digusur dan sungainya tetap bersih. Tidak apa-apa, sungainya menjadi lebar lalu kanan kirinya dibangun ke atas sehingga mereka tidak perlu kehilangan tanah. Ini harus dimaksimalisasikan dengan Depok, Bogor, dan Cianjur.
    Strategi ketiga adalah membuat reservoir-reservoir di bawah tanah. Ada yang kecil dalam bentuk biopori menjadi massal. Ada juga reservoir besar di bawah tanah. Jl. Sudirman, misalnya, nanti bisa jadi kawasan khusus diwajibkan pemerintah untuk membuat reservoir. Tidak tertutup kemungkinan di wilayah-wilayah lain.

Apa yang akan dilakukan berkaitan dengan mempermudah perizinan investasi?
    Birokrasi kita runyam dan DKI harus memperbaiki birokrasinya. Birokrasi DKI harus memiliki standar. Apabila perizinan tidak selesai dalam waktu satu minggu atau 15 hari, maka pelaku usaha sudah termasuk diizinkan dan sudah valid. Semua harus dibatasi seperti itu dengan menggunakan standar internasional karena ini Jakarta.
    Kalau bisa tiga hari, mengapa harus dua bulan? Kalau itu tidak bisa langsung, maka kami harus turun melihat. Saat ini investor di sini masih bisa hidup dengan suasana yang ruwet dan pertumbuhannya masih 6,5%. Itu artinya apa? Kalau tidak ruwet, mereka bisa tumbuh lebih cepat lagi.
Sektor apa yang akan didorong untuk sumber pendapatan daerah jika terpilih nanti?
    Kami akan menjadikan pariwisata sebagai program kami. Mengapa? Karena Jakarta ini ibu kota yang memiliki pacuan kuda, warisan gedung lama, museum, kesenian, budaya, dan punya macam-macam. Jakarta juga punya wisata belanja. Semua itu harus dimaksimalkan sekaligus digabungkan dengan potensi wisata yang lain seperti Puncak, Bandung. Jika semua itu maju, transaksinya banyak, maka pajak yang diperoleh juga akan banyak.

Namun, bagaimana Anda mengatasi masalah pengadaan dan sengketa lahan?
    Ya memang tanah di Jakarta terbatas, dan itu juga harus hati-hati. Namun,  bagaimanapun juga, kami akan semaksimal mungkin memanfaatkan lebih banyak lagi ruang-ruang yang penting bagi publik agar Jakarta layak sebagai kota. Contohnya, ada ruang terbuka hijau.
    Lalu kami juga sudah mulai memikirkan bagaimana banyak kantor-kantor pemerintah dipindahkan. Ini harus bicara dengan pemerintah pusat, sehingga beban Jakarta lebih ringan. Kalau ratusan ribu PNS dan keluarganya pindah, maka beban Jakarta akan menjadi lebih ringan. Namun, oleh karena itu pula DKI harus berbicara dengan pemerintah pusat karena merekalah yang memutuskan. Apabila ada sengketa lahan, kita kembalikan saja ke hukum.

Adakah strategi khusus yang disiapkan untuk membawa Jakarta dengan identitas yang khas melalui pendekatan brand kota?
    Jakarta sudah punya brand yaitu Monas, kalau perlu ditambah Keong Mas. Jakarta itu kota jasa dan akan kami perkuat sebagai kota jasa. Jakarta itu pusat keuangan Indonesia dan nanti akan menjadi pusat keuangan regional. Jakarta juga pusat perdagangan ekspor impor, jasa pariwisata, dan ekonomi kreatif. Namun, yang masih menyedihkan, jasa sektor informal yang masih banyak. Jasa itu banyak, jadi tidak bisa dibatasi. Semua itu tumbuh sendiri, tidak perlu dibatasi.

Bagaimana dengan pemberdayaan UKM?
    UKM itu masalahnya kekurangan tempat. Oleh karena itu, tempatnya harus diberikan. Banyak cara memberikan. Pertama, ada 150 pasar tradisional, itu bisa diberikan karena banyak yang kosong. Nanti diatur bagaimana caranya. Kedua, dengan membangun miniatur-miniatur pasar kecil. Dengan tanah 500 meter persegi,  kita bisa bangun empat lantai untuk mengangkut pedagang kecil-kecil.
    Ketiga, pada akhir pekan (Sabtu-Minggu) ada beberapa tempat lapang bisa menjadi pasar. Lalu di mal boleh jadi pasar dengan minta kerjasama dari subuh sampai pukul 10 pagi boleh gratis untuk UKM. Kalau perlu, bekerja sama dengan mal bahwa 10%–20% areanya digunakan untuk CSR UKM.
    UKM harus mendapatkan tempat sebaik-baiknya selain kredit. UKM itu masalahnya tiga, setelah saya meriset belasan tahun, yaitu modal, keterampilan, dan tempat usaha (pasar). UKM harus terintegrasi dengan tata ruang kota dan diberi tempat yang layak agar mereka bisa berdagang dengan bagus, tidak di jalan.

Perlukah pembangunan kawasan ekonomi baru dan revitalisasi kawasan khusus yang sudah ada, seperti Pulogadung, misalnya?
    Tidak perlu. Urusan industri tidak di Jakarta.

Dalam 100 hari pertama, jika terpilih sebagai pemuncak DKI nanti, terobosan apa yang akan dilakukan berkaitan dengan good corporate governance?
    Untuk birokrasi yang melayani investasi dan bisnis,  harus setara secara internasional dan cepat. Mulai dari situ dan fokus pada bisnis diutamakan sehingga bisnis menjadi lancar.

Jakarta akan Anda  bawa ke mana nantinya?
    Jakarta itu tiga: sejahtera, modern, dan berbudaya. ###

Foto: Sufri Yuliardi
Sumber: Warta Ekonomi No.11/2012

DPT Fiktif Belum Berubah

POLITIK - PILKADA
Jum'at, 01 Juni 2012 , 12:30:00

DINILAI belum ada perubahan berarti dalam perbaikan Daftar Pemilih Tetap (DPT), partai politik protes. Pasalnya, hingga Kamis (31/5) mereka menganggap penyisiran data pemilih yang dilakukan KPU Provinsi DKI Jakarta, dianggap belum ada kemajuan berarti. Masih ditemui NIK ganda serta pemilih yang terdaftar lebih dari satu kali. Tim pasangan calon juga mencecar Kadis Dukcapil DKI Purba Hutapea, terkait adanyak NIK ganda.

 “Tidak ada perubahan dari yang kami debatkan minggu lalu. Baik itu NIK ganda dan lain-lain. Kami sudah pelajari soft copy yang diberikan KPU,” ujar juru bicara tim Jokowi-Ahok, M Taufik, saat rapat penyampaian pandangan DPT di kantor KPU DKI, Kamis (31/5) kemarin.

Pria yang juga Ketua DPD Partai Gerindra DKI itu juga mempertanyakan sikap KPU DKI jika mendapati NIK ganda dipakai sama. “Kalau dua-duanya bilang ada, apa sikap KPU. Saya kira banyak yang seperti itu,” terang Taufik.

Dia menambahkan NIK ganda ditemukan ribuan. Kalau KPU Provinsi DKI asal coret dia bisa di laporin. “Dukcapil harus ikut bertanggungjawab terkai NIK ganda,” beber Taufik.

Sementara itu, Purba Hutapea, Kadis Dukcapil DKI Jakarta mengatakan, tidak ada NIK yang berulang. Kalau ada di lapangan ditemukan, bisa salah input atau pemalsuan.”Jika  ada dua, satu pasti palsu. Jadi di DP4 tidak ada NIK yang berulang. Ibu Dahliah (Ketua KPU DKI), kalau diperlukan staf kami, bisa kami kirim untuk membantu terkait hal itu,” pungkas Purba.

Sementara itu, tim advokasi pasangan Hidayat Nur Wahid-Didik, Agus Otto mengatakan, pihaknya mempersalahkan format pengisian dan penghitungan yang tidak sesuai. “Format pengisian data pemilih di PPK Jakarta Barat kok berrbeda dari aturan. Kemudian, masalah penambahan data pemilih jumlah totalnya juga salah,” beber Agus. “Menurut kami itu menunjukkan upaya sistematis, sebab KPU itu kan sudah menyosilisasikan penggunaan form dan penetapan DPT di kotamadya,” ujarnya.

Agus menambahkan, jika data dari bawah bermasalah, ke atas juga demikian. Pihaknya mempertanyakan, bagaimana mekanisme seperti itu bisa sampai terjadi. “Kami masih punya banyak data di Kotamadya Jakarta Barat, ini kami beruntung mendapatkan data ini, masalahnya bagaimana,” ujarnya. “Hasil pleno disahkan dulu, seperti di Cengkareng,” imbuhnya.

Sementara itu, Ketua KPU Provinsi DKI Jakarta Dahliah Umar mengatakan, pihaknya menghargai masukan parpol dan tim pasangan calon. Semua temuan kata dia, ditelusuri. “Terus kami lakukan itu,” bebernya.

Adapun anggota KPU Provinsi DKI Jakarta yang membidangi data pemilih, Aminullah mengatakan, pihaknya menelusuri secara langsung indikasi NIK ganda dan pemilih terdaftar dua kali. “Kami punya tiga saringan untuk menekan hal itu. Pertama nama, kemudian NIK dan ketiga nama dan NIK,” beber Aminullah.

Sementara itu, Ketua Panwaslu DKI Jakarta Ramdansyah mengatakan, pihaknya sudah jauh hari mengingatkan adanya NIK ganda. “Bulan Januari kami sudah sampaikan itu,” pungkasnya. (dai)
 
Sumber : http://www.jpnn.com/read/2012/06/01/129181/DPT-Fiktif-Belum-Berubah-

Tarbiyah dan Pemenangan Pemilu

dakwatuna.com - Konsekuensi keislaman kita mengharuskan kita tunduk pada ajaran-ajaran Islam yang syumul, menyeluruh dan menyentuh segala lini kehidupan, baik dalam kehidupan kita sebagai satu individu muslim maupun kehidupan kita sebagai makhluk sosial dalam bingkai masyarakat.

Masing-masing menuntut warna yang berbeda di atas warna-warna lainnya. Allah SWT mengistilahkannya dengan istilah Shibgatullah atau celupan Allah.

Istilah celupan sudah sangat cukup mengetahui makna yang terkandung dalam kata tersebut. Sering minum teh celup? apa jadinya jika teh celup dimasukkan ke dalam air panas dalam gelas, air yang ada dalam gelas, serentak terwarnai. Artinya bahwa ketika kita memilih Islam sebagai jalan hidup, maka seluruh sisi kehidupan kita pun mesti ikut terwarnai dengan warna pilihan Allah, dengan celupan Allah. Baik dalam kehidupan kita sebagai individu, maupun dalam kehidupan kita sebagai bagian dari masyarakat.

Kewajiban individu kita sebagai hamba Allah adalah bagaimana kita mengabdi dan terus menjalin dan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah, membina diri kita untuk terus menumbuhkan keimanan dalam diri, menghidupkan hati, meningkatkan pemahaman keislaman kita, dan membina keluarga Islam.

Dan kewajiban sosial kita sebagai satu bagian dari masyarakat, adalah membawa warna-warna Islam tadi ke masyarakat luas, dan kitalah yang menjadi teladan dalam keislaman, merubah kebiasaan umum dengan warna Islam, melakukan langkah-langkah keshalihan sosial. Menciptakan masyarakat islami, membangun pemerintahan yang bersih, dan menjunjung nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan.

Dan Tarbiyah telah menjadi tsawabit [bagian permanen] dalam dakwah sebagai alat utama untuk melakukan perubahan yang dicita-citakan dalam diri umat, sesuai dengan firman Allah Swt., “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum, hingga ia merubah apa yang ada dalam dirinya”. Dan narasi perubahan yang kita cita-citakan adalah perubahan yang mencakup dua hal, pertama adalah individu-individu yang bekerja dalam masy’ru Al-Islami (proyek peradaban), dan kedua adalah kaum muslimin secara umum dalam masyarakat.

Dan bahwa pencapaian tujuan tarbiyah dalam diri kader dakwah yang bekerja untuk menegakkan proyek peradaban, tuntutannya jauh lebih besar dibanding dengan kaum muslimin secara umum. Namun kita sepakat benang merah di antara keduanya, bahwa tujuan-tujuan tarbiyah tidak mungkin diwujudkan, kecuali melalui sistem tarbawi dan bukan melalui kegiatan-kegiatan umum seperti ceramah-ceramah, tulisan-tulisan, memberikan pelayanan, karena seluruh kegiatan-kegiatan ini tidak memiliki efek pengaruh yang kuat dan terus menerus, kecuali melalui system tarbawi, mari kita renungkan apa yang pernah dikatakan oleh tokoh pelopor pergerakan dari lembah sungai Nil, beliau mengatakan:
إن الخُطب والأقوال والمُكاتبات والدروس والمحاضرات وتشخيص الداء ووصف الدواء كل ذلك لا يُجدي وحده  لها نفعًا، ولا يصل
 بالداعين إلى هدف من الأهداف؛ ولكن للدعوات وسائل لابد من الأخذ بها والعمل
لوسائل العامة للدعوات لا تتغير ولا تتبدل ولا تعدو هذه الأمور الثلاثة:
     الإيمان العميق-
     التكوين الدقيق-
     العمل المتواصل-

“Sesungguhnya ceramah-ceramah, perpustakaan-perpustakaan, pengajian-pengajian, dan muhadharah, analisa penyakit dan menyebutkan nama obatnya, semua itu tidak banyak memberikan manfaat, dan tidak mengantarkan para penyeru perubahan sampai pada tujuan-tujuan yang dicitakan, akan tetapi dakwah itu memiliki tiga wasilah umum, yang tidak berubah-ubah, dan tidak berganti-ganti, tidak keluar dari tiga hal berikut:
  1. Keimanan yang dalam (Al-Iman Al-Amiq)
  2. Pembentukan yang jeli (At-Takwinul Ad-Daqiq)
  3. Amal yang berkesinambungan (Al-Amal Al-Mutawashil)

Mengenai tujuan dakwah yang ingin dicapai, dengan itu para kader dakwah bekerja untuk mewujudkannya, baik dalam diri mereka maupun dalam masyarakatnya, beliau mengatakan:
“Sesungguhnya tujuan dakwah, terfokus pada pembentukan generasi baru dari orang-orang mukmin dengan ajaran Islam yang shahih, dan generasi ini bekerja mewarnai umat dengan warna dan celupan Islam dalam segala sisi kehidupan mereka “Dan celupan Allah, maka siapakah yang lebih baik celupannya selain dari celupan Allah” [QS. Al-Baqarah: 138].

Dan wasilah untuk itu adalah merubah kebiasaan umum, dan membina anshar dakwah (pendukung dakwah) dengan ajaran Islam, hingga mereka menjadi teladan pada yang lainnya dalam memegang teguh ajaran Islam, perhatian pada ajaran Islam, dan berhukum dengan ajaran tersebut”.

Celupan Tarbiyah
Maka dari sini, jelas bagi kita bahwa seluruh pekerjaan-pekerjaan yang kita lakukan, harus terwarnai dan tercelup dengan celupan dan warna tarbiyah. Yang kita maksud dengan celupan tarbiyah adalah pekerjaan-pekerjaan yang kita lakukan itu – apa pun bentuk dan jenisnya – memiliki kontribusi positif dalam salah satu sisi kepribadian kita atau dalam seluruh sisi kepribadian kita yang empat, yaitu [sisi ma’rifah atau pengetahuan, sisi Imaniyah atau keimanan, sisi nafsiyah atau kejiwaan, dan sisi sulukiyah atau perilaku dan atau attitude].

Satu contoh misalnya, pekerjaan-pekerjaan sosial, bisa jadi pekerjaan-pekerjaan, sifatnya sosial semata, yang hanya bertujuan untuk mengurangi beban penderitaan orang lain tanpa melihat sisi lain, namun bisa juga pekerjaan sosial ini menjadi wasilah menanamkan pengaruh positif dan perubahan yang berkesinambungan dalam diri mereka.

Saat ini, kita baru saja memutuskan untuk berjuang dalam gelanggang politik, mengusung salah satu kader dakwah untuk berjuang melalui jalur konstitusi, ya benar kita terjun untuk menang dan bukan untuk kalah, hari-hari ke depan adalah hari-hari yang penuh perjuangan dengan perhelatan dan aktivitas politik dalam pemilu. Masa-masa dalam pemilu ini bisa jadi hanya mengumpulkan jumlah suara sebanyak-banyaknya, namun bisa juga menjadi wasilah tarbiyah yang memberikan pengaruh positif bagi diri kader, yang melahirkan perubahan positif dalam diri kader, walau hanya satu sisi kecil dalam kepribadian kader, agar kader setelah musim pemilu ini, menjadi kader yang lebih sensitive dan lebih ijaby, kader yang lebih banyak memiliki pengaruh di masyarakat, menggandeng tangan masyarakat untuk terus meniti tangga keislaman  dan berkomitmen dengan Islam yang shahih dengan bertahap.

Mewarnai Pemilu dengan Celupan Tarbiyah
Ada banyak cara dan faktor agar aktivitas-aktivitas dalam pemilu ini, memberikan kontribusi – dengan izin Allah SWT – secara tarbiyah, di antaranya:

Pertama adalah kekuatan hubungan dengan Allah Azza wa Jalla (Quwwatu Shilah billah), dan meningkatkan mutu keimanan yang hakiki dalam hati, yang dengannya seorang kader diharapkan berada dalam kondisi jernih, kader memiliki kedisiplinan syar’i [Indhibath Syar’i], lebih positif [ijaby].

Perlu kita sadari bahwa factor penting, kita dapat mewujudkan cita-cita tarbiyah dan kemenangan dakwah adalah factor kekuatan ini, faktor Quwwatu shilah billah, kekuatan hubungan dengan Allah Swt., maka kadar kekuatan hubungan kita dengan Allah Swt., itulah yang mendatangkan pertolongan, dukungan, bantuan, dan perlindungan dari Allah Azza wa Jalla’, Allah SWT berfirman:  “Dan Dia-lah yang melindungi orang-orang shalih” [QS. Al-A’raf: 196], “Allah Pelindung orang-orang yang beriman” [QS. Al-Baqarah: 256].

Sujud di pertengahan malam, disertai linangan air mata, itulah yang meruntuhkan benteng yang kokoh dan mengguncang arsy dengan pertolongan Allah Swt.

Maka tidak benar, jika ada seorang kader yang beralasan dengan kesibukannya dalam aktivitas politik dalam masa-masa pemilu,  lantas menyebabkan ia kurang disiplin dan meremehkan pelaksanaan shalat berjamaah di masjid, atau melupakan wirid-wirid hariannya.

Ketahuilah wahai saudaraku, tiada kebaikan dalam amal yang menyepelekan shalat.

Jika seandainya mobilitas yang besar, bisa dijadikan alasan untuk meremehkan amalan-amalan keimanan, tentulah generasi awal umat ini, tak perlu lagi melakukan shalat-shalat malam dalam peperangan yang mereka ikuti. Renungkanlah surat yang ditulis oleh Pemimpin pasukan kaum Muslimin, Saad bin Waqqash saat akan menaklukkan Qadisiyah – kepada Umar bin Al-Khattab – yang memberikan kabar gembira akan kemenangan pasukan kaum muslimin, dalam suratnya, Saad bin Waqqash menceritakan kondisi kaum muslimin: “Mereka – pasukan kaum muslimin – membaca Al-Qur’an dan jika malam tiba, mereka seperti gema lebah dan di siang hari mereka seperti singa yang tidak ada yang menyerupainya”.

Contoh pemimpin dakwah saat ini, pribadi penulis sendiri pernah melihat bagaimana kualitas ibadah salah satu tokoh revolusi Mesir dan pemimpin Ikhwanul Muslimin, Dr. Isham Aryan. Kejadiannya terjadi di masjid Rab’ah Al-Adewah, Nasr City Mesir, tempat seminar dilaksanakan. Di mana pasca revolusi Mesir, Ikhwan banyak melakukan kegiatan-kegiatan massif, kembali memperkenalkan dakwah Ikhwan, karena sebelumnya Ikhwanul Muslimin diperangi oleh rezim berkuasa, dan sejarahnya banyak distorsi.

Dalam jadwal, acara dimulai setelah shalat Isya, penulis bersama salah seorang teman lebih dulu datang, sebelum Maghrib dan shalat di masjid Rab’ah Al-Adaweh. Tepat jam 19.00 waktu Mesir, Dr. Isham Aryan datang dan langsung melakukan shalat sunah, para pemuda telah berjejer di belakang beliau, hendak bertanya. Ketika Dr. Isham Aryan telah selesai dari shalat sunnahnya. penulis dan teman dari sejak awal telah memperhatikan Dr. Isham hingga beliau shalat, terhitung dua rakaat shalat sunnah pertama dilaksanakan selama kurang lebih 15 menit, ketika beliau selesai dari dua rakaat tersebut, datanglah beberapa pemuda yang telah menunggu dari tadi, namun ternyata Dr. Isham kembali minta izin untuk shalat sunah lagi. Lagi-lagi shalat sunnahnya tak kalah lamanya dengan shalat sunah sebelumnya, hingga adzan Isya, dan baru selesai sesaat sebelum iqamat. Dan para pemuda tersebut, termasuk penulis, baru bisa bertanya ke beliau setelah shalat Isya.

Dalam pikiran saya waktu itu, Subhanallah, ini baru shalat sunnahnya di siang hari begitu lama (setengah jam lebih), bagaimana dengan Qiyam lailnya. Inilah mutu kualitas ibadah seorang pemimpin yang sukses memimpin revolusi Mesir.

Dan cukup kiranya bagi kita untuk menguatkan makna ini, yaitu taujih ilahi kepada Rasulullah Saw., dalam firmannya: “Maka jika kamu telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)” [8] “Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”. [QS. As-Syarah: 7-8]. Atau jika kamu telah selesai dari menunaikan tugas-tugas dakwah, maka segeralah beribadah.

Mobilitas yang padat dalam pemilu, hanya bisa melahirkan efek pengaruh positif dan meningkatkan mutu keimanan, jika ditunaikan dengan hati yang hidup dan bukan dengan hati yang lalai, hati yang lalai menunaikan tugas-tugas di lapangan tanpa ruh, yang kemudian berefek pada hilangnya pengaruh pada amal tersebut, tidak menambah keimanan dan bahkan tidak sedikit dari kader, terseret pada penyakit futur, setelah sebelumnya sibuk dengan mobilitas pemilu. Oleh karena itu, Rasulullah memperingatkan kita akan bahaya ini, beliau bersabda: “Perumpamaan orang yang menerangi manusia dan melupakan dirinya sendiri seperti lilin”. [Shahih Al-Jami’ As-Shaghir].

Ini bukan berarti bahwa kita harus menyepelekan kerja-kerja dalam pemilu, namun yang dimaksud adalah agar kita memahami urgensitas berbekal dengan sesuatu yang dapat menjadikan kita bisa mengambil manfaat yang sebenarnya di musim-musim pemilu ini.

Pepatah Arab mengatakan yang artinya: “Jika tekadmu telah benar, maka engkau akan diberikan solusi”, artinya jika kita telah memahami pentingnya kekuatan hubungan dengan Allah [Quwwatu Shilah billah], dalam setiap waktu, lebih khusus dalam masa-masa saat ini, dan azam kita telah kokoh, telah lahir sakinah Qalbiyah dan yakin dengan pertolongan Allah akan datang, maka Allah akan memberikan petunjuk-Nya kepada kita bagaimana menyelaraskan antara wirid-wirid harian kita dengan tugas-tugas pemilu tersebut. Dan menjadikan kita tetap menjaga shalat jamaah di masjid, tetap menjaga wirid Al-Qur’an, qiyamulail, dzikir, dan di saat yang sama kita juga sukses melakukan peran kita dalam pemilu dengan sebaik-baiknya. “Dan barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya”. [QS. At-Talaq: 4]. Wallahu a’lam bishawab.
 

Bersama Kesejukan Embun Tarbiyah

dakwatuna.com – Embun itu, ketika engkau melihatnya, akan terlihat bening, ketika engkau merasakannya, akan terasa sejuk dan segar. Embun di pagi itu, selalu dan terus menyejukkan dedaunan dan rerumputan di pagi hari, dan membawa suasana segar, bagi siapa pun yang merasakannya. Embun itu, pada akhirnya akan selalu memberikan kesegaran bagi yang percaya akan manfaat embun.

Begitulah tarbiyah ini ada, ibarat embun, tarbiyah akan menyegarkan kembali hati-hati kita yang mulai kering, akan menyegarkan kembali jiwa-jiwa kita yang mulai melapuk, kering karena iman kita yang compang-camping, melapuk karena jiwa ini terlampau banyak dosa. Bagi yang yakin akan kekuatan dari tarbiyah, maka tarbiyah ibarat embun pagi yang akan menyegarkan dedaunan, sehingga dedaunan terlihat segar, siap menantang teriknya matahari,  siap untuk menatap dunia. Begitulah tarbiyah ini, dia akan selalu memberikan kesegaran kepada hati-hati yang kering, kepada jiwa-jiwa yang lapuk, sehingga hati kembali segar, seperti dedaunan pagi hari, sehingga jiwa kembali kokoh, setegar pepohonan pagi.

Embun pagi, ia mengajari kita, tentang harmoni, karena ia meneteskan kesegaran itu kesemuanya, bukan hanya daun, bukan hanya rumput, tetapi semuanya. Dedaunan, rerumputan, pepohonan pagi, serangga-serangga kecil, semuanya merasakan kesejukan embun pagi. Semuanya merasakan kesegarannya, semua merasakan kelembutan sentuhan tetesannya. Semua menikmatinya. Embun pagi. Tarbiyah. Seharusnya juga demikian. Tarbiyah mengajarkan, bukan hanya dia, bukan hanya mereka, bukan hanya ini, bukan hanya itu, tetapi semuanya. Tetapi menyeluruh. Karena tarbiyah ada untuk menjadi kebermanfaatan bagi semua, bukan hanya untuk saya, bukan hanya untuk dia, bukan hanya untuk mereka, bukan hanya untuk golongan A, bukan hanya untuk golongan C. Semuanya. Ya. Semuanya. Karena tarbiyah ada adalah untuk rahmat bagi seluruh alam.

Dan kalaupun tarbiyah hari ini sedang menuju kearah yang lebih luas, menegara, atau kalau bahasanya Pak Cah adalah menyongsong mihwar dauli, maka sekali lagi ketika kita pun harus bersikap menegara dengan membangun mentalitas negarawan, dan tentu kita harus belajar kepada embun pagi itu. Tentang ketulusannya, tentang kelembutannya meneteskan air kepada dedaunan, kepada rerumputan, kepada pepohonan, kepada alam. Sehingga alam pagi itu terlihat segar. Lalu kemudian kita terhangatkan oleh munculnya mentari pagi, dan tetap merasakan kesejukan embun pagi. Karena yang terpenting ketika kita akan menyongsong tahapan baru dalam tarbiyah, dalam dakwah, adalah tentang mentalitas kita. Mentalitas kita harus seperti embun pagi. Menyejukkan alam, menyegarkan lingkungan, dan juga lembut, dan juga antusias untuk senantiasa memberikan kesejukan kepada alam.

Mentalitas negarawan, mental inilah yang harus kita bangun ketika hari ini kita memimpikan satu tahapan dakwah yang meluas, menyesuaikan dengan mihwar atau tahapan yang ada, inilah konsekuensi yang harus dilakukan. Ya, tentang kedewasaan sikap kita, tentang mumpuninya kapasitas yang kita miliki dalam ranah kontribusi, tentang kearifan kita dalam berpijak dan menentukan segala keputusan, tentang sepuluh rukun yang seharusnya kita tanamkan dalam setiap aktivitas kita.

Tsiqah. Percaya saja. Bahwa bersama kesejukan embun tarbiyah adalah solusinya. Bersama kesejukan, lalu menikmati kelembutan belaian dan sentuhan embun tarbiyah adalah bagian dari solusi, untuk menyegarkan kembali lingkungan kita, menyejukkan kembali negara ini, memberikan nuansa surgawi kepada lingkungan kita, kepada masyarakat kita, kepada alam ini.

Tsiqah saja. Karena visi embun yang begitu agung, yaitu menyegarkan dedaunan yang mulai layu, menyejukkan pagi yang habis pekat, dan memberikan harmoni bagi alam. Begitu juga visi tarbiyah ini, yang ingin menyegarkan dengan harum wewangian surgawi, menyejukkan alam dengan kesturi-kesturi nirwana. Ah, indahnya. Nikmatnya. Bersama kesejukan embun tarbiyah, engkau akan diajari, bagaimana seharusnya kita bersikap, bagaimana seharusnya kita menjadi dewasa, bagaimana seharusnya kita menjadi kebermanfaatan sepenuhnya bagi negara ini, bagi umat ini. Dan yakinlah, bersama kesejukan embun tarbiyah, engkau akan menjadi harmoni. Yakinlah. Dan tetaplah bersama sejuknya embun tarbiyah.

Langkah Cinta untuk Indonesia (Mengenang Pejuang Sejati Ustadzah Hj. Yoyoh Yusroh, SPdi.)

Cover Buku "Langkah Cinta untuk Indonesia"
Judul buku : Langkah Cinta untuk Indonesia (Mengenang Pejuang Sejati Ustadzah Hj. Yoyoh Yusroh, SPdi.)
Penulis : Zirlyfera Jamil dkk (Tim FP)
Penerbit : Robbani Press
Cetakan : I, Agustus 2011
Halaman : 248
Ukuran : 210 x 145 mm

dakwatuna.com - Saat kini marak perdebatan di kancah wanita tanah air tentang gugatan atas keterkungkungan peran wanita, buku ini menjawabnya. Buku yang sebenarnya telah cukup lama berdiri di rak ini baru kini saya selami. Langkah cinta Yoyoh Yusroh untuk Indonesia.

Mendengar nama Ustadzah Yoyoh Yusroh pun baru kali pertama saat kabar kepulangan beliau ke rahmatullah tengah ramai. Yoyoh Yusroh, wanita dengan 13 putra-putri ini tidak banyak ba bi bu untuk mematahkan pandangan bahwa wanita tak memiliki kesempatan untuk berkiprah. Dengan amanahnya di Komisi I DPR RI, beliau semakin menguatkan menjadi tokoh wanita yang layak menjadi teladan.

Lembar demi lembar buku ini saya baca ada saja yang sebabkan air mata mengalir. Seluruh testimoni orang dalam buku ini sepakat pada satu pendapat. Ustadzah Yoyoh adalah sosok wanita (muslimah) luar biasa.
Saya terkesan dengan testimoni Ketua Fraksi PKS DPR RI, Mustafa Kamal. Dalam awalan penuturannya tulis beliau, “Ibunda Yoyoh Yusroh adalah manusia biasa, perempuan biasa. Sehari-hari nampak seperti ibu rumah tangga biasa. Beliau tampil berbicara dengan gaya yang biasa-biasa saja. Keseharian dan penampilannya pun biasa-biasa saja, penuh keserbabiasaan. Namun, yang luar biasa adalah bahwa dengan keserbabiasaannya tersebut beliau mampu menata dirinya menjadi luar biasa. Maka beliau tunduk kepada Rabbnya, ikhlas pada agamanya, taat pada suaminya, percaya pada pemimpinnya, dan setia kepada sahabat-sahabatnya.”

Ya. Sadar akan kesederhanaan diri sebagai hamba adalah titik tolak yang menjadi suluh kekuatan kita sebagai muslim. Buku ini bukan dimaksudkan mengkultuskan sosok seorang Yoyoh Yusroh. Buku ini tampil menjadi referensi alternatif di saat negeri ini kering akan sosok teladan seorang wanita.

Berkiprah di dunia internasional maupun urusan dalam negeri, tidak membuat ibu yang wafat di tahun 2011 lalu ini menanggalkan prioritasnya dalam keluarga. Prestasi anak-anaknya tidak perlu diragukan. Bahkan, diakui oleh salah seorang sahabat Bu Yoyoh, Ustadzah Wirianingsih, waktu paling istimewa bagi Bu Yoyoh adalah saat berada di tengah keluarganya. Yakni saat beliau menggorengkan pisang untuk anak-anaknya yang selalu ludes sebelum pisang tertata di piring.

Kekuatan, kelembutan, ketegasan, cinta, dan semangat berkarya adalah keteladanan terbaik yang beliau tinggalkan untuk negeri. Tidak hanya untuk Indonesia bahkan. Tapi juga untuk umat Islam di penjuru dunia. Kekuatan amalan yaumiah beliau adalah prasyarat yang urung beliau lupakan. Kebiasaannya mengkhatamkan minimal 2 juz tilawah per hari, hafalan Quran, qiyamul lail yang tak pernah absen, Dhuha, shaum Daud, adalah back up terbaik dalam terjun ke dunia dakwah.

Beliau buktikan pada Muslim di tanah air, khususnya wanita, bahwa politik adalah jua ranah yang mesti kita (muslimah) garap. “Memisahkan perempuan dari politik sama dengan memisahkan masyarakat dari lingkungannya.” Ungkap Bu Yoyoh semasa hidupnya.

Aktivitas publik dan domestik (kerumahtanggaan) adalah dua hal yang nyatanya mampu dijalankan secara apik dan seimbang oleh beliau. Yang menjadi PR untuk kita muslimah adalah, mampukah kita meneladani atau bahkan berjuang lebih dari beliau?

Karena dari rahim dan tangan wanitalah tercipta peradaban. Maka menjadikan wanita di negeri ini cerdas intelektual, sosial, dan ruhiyah (reliji) adalah kerja kita bersama.
“Wahai Saudariku, kita telah banyak menikmati hidup ini. Telah berapa tahun waktu yang kita lewati. Badan yang sehat telah kita nikmati. Rezeki yang cukup telah kita rasakan. Ilmu yang memadai telah tersimpan dan banyak lagi yang seharusnya kita ungkapkan sebagai wujud syukur kita kepada kekasih dambaan. Sekarang, saatnya kita berbuat. Untuk memperkuat barisan ummat. Menepis semua penghujat, tampil ke medan juang sebagai penyelamat.” (Yoyoh Yusroh)
Untukmu muslimah pencipta peradaban Islami…

Kultwit Ust. Moh. Fauzil Adhim Ttg Dakwah di Pedalaman


 
1. Kalau pagi ini engkau bisa BAB di WC, bersyukurlah. Di pedalaman, masih ada
da'i kita yang harus menggali tanah untuk sekedar buang air.

2. Di sejumlah titik di tengah hutan, terdapat da'i yang berdakwah sendirian,
mengajari para muallaf, meninggalkan hiruk-pikuk kota.

3. Ada juga yg tinggal di masjid yg sunyi tanpa fasilitas MCK. Jika
sewaktu-waktu perlu MCK, mereka harus berjalan kaki berkilo-kilometer.

4. Seseorang mengantarkan uang kpd satu da'i pedalaman itu, tapi ia menolak.
Dakwah di kota lebih membutuhkan uang. Beri kami do'a yg tulus.

5. Jika mau bantu, berikan saja sarana komunikasi. Untuk menelpon, mereka harus
berjalan jauh ke atas gunung agar memperoleh sinyal GSM.

6. Atau berikan alat yang dapat menghasilkan listrik yang mencukupi untuk
menghidupkan komputer, charge HP dan syukur bisa untuk yang lain.

7. Apalagi yang diperlukan? Seorang sarjana S-1 ilmu agama yang bersedia menjadi
istri dan siap berjuang di tengah hutan, sebab untuk >>

8. >> mengajarkan agama Islam di sekolah yang ada di sana bagi anak kaum
muslimin, harus guru agama yang memenuhi syarat menjadi PNS.

9. Sampai kapan berdakwah di sana? Sampai beranak-cucu, atau sampai habis umur
ini, atau sampai ada tempat yang lebih memerlukan dakwah.

10. Mereka gigih berdakwah bersebab rasa takutnya kalau sampai ada orang-orang
yang di sana dalam keadaan belum pernah mendengar ttg Islam.

11. Mereka brdakwah --bukan skedar jadi pembicara-- di pedalaman bukan krn tak
mampu brwirausaha di kota, tapi krn ingin jadi asbab hidayah.

12. Jika pun brmaksud bawakan bagi mereka logistik, bawakan saja ikan kaleng,
mie instant sekedar sbg selingan makan rusa & binatang buruan.

13. Jangan bayangkan santapan yang enak. Berbagai binatang buruan itu mereka
makan ala kadarnya. Bersyukur jika bertabur garam & bumbu.

14. Maka kehadiran seorang istri amatlah berharga. Selain sebagai teman
berjuang, juga untuk menjadikan perjuangan dakwah lebih berwarna.

15. Kehadiran istri dapat menjadikan binatang buruan tak hanya direbus,
dipanggang di atas batu atau dibakar langsung, tapi dibumbui.

16. Bahkan istri yang tak dapat memasak pun dapat menegakkan punggung mereka
untuk tetap gigih berdakwah asalkan siap berjuang di kesunyian.

17. Mereka bukanlah orang-orang lemah seperti saya. Mereka meninggalkan
kemudahan kota secara sengaja demi meraih surga-Nya.

18. Salah seorang dari mereka, yang masing-masing tinggal sangat berjauhan di
wilayah dakwah berbeda, amat tegap badannya, gagah, tampan, >>

19. >> berkulit amat putih dan cerdas. Tapi bukan itu yang membuat saya merasa
malu. Kesungguhannya untuk mengantar hidayah yg bikin haru.

20. Salah seorang da'i brkata, "Kalau sampai ada orang yg mati dalam keadaan
belum pernah mendengar ttg Islam, sementara kita ada sini, >>

21. >> boleh jadi kita yang ikut memiliki saham dosa atas kekafiran mereka.
Maka, apa jawab kita nanti kalau bukan berusaha keras sekarang?"

22. "Kami tak perlu kehadiran Ustadz terkenal yg tidak bisa melayani dirinya
sendiri. Yg kami perlukan, orang yg siap mengotori tangannya >>

23. >> untuk mengusap mereka dan mengikhlaskan badannya untuk berpelukan dengan
dekil tubuh mereka yang gembira menyambut kita."

24. Jika mau sungguh-sungguh berdakwah, jangan khawatir kekurangan makan di
sini. Pertolongan Allah tetap berlaku di belahan bumi manapun.

25. Orang-orang di pedalaman tak memerlukan curriculum vitae yang panjang dan
serangkaian prestasi yang bikin tercengang.

26. Mereka hanya memerlukan orang yg tulus menyapa; yg menyediakan airmatanya
untuk mendo'akan mereka. Bukan menangisi terbatasnya fasilitas

27. Sempat saya diajak ke sebuah tempat dan ditunjukkan, "Dubes Vatikan sudah
dua kali ke sini." ╪л┘Е ┘Д╪к╪│╪г┘Д┘Ж ┘К┘И┘Е╪ж╪░ ╪╣┘Ж ╪з┘Д┘Ж╪╣┘К┘Е

28. "Kemudian sungguh kelak kamu akan ditanyai pada hari itu (tentang nikmat
yang Allah berikan kepadamu)." QS. At-Takaatsur: 8

29. Merupakan kehormatan jika seorang ustadz besar brkenan datang menyapa
mereka. Jangan khawatir, mereka akan mnyambut dg penuh kehangatan.

30. Mereka dg senang hati memberikan apa yg mereka punya, jika kita tidak malu
menerimanya. Bahkan gaharu pun mereka tak berat melepaskan.

31. Semoga di tahun ini, tak lama, sy dapat mendatangi sebagian pos dakwah
mereka. Semoga Allah mampukan sy membawakan sesuatu yg berharga.

32. Bersyukur saya sempat pula bertemu seorang da'i yang tinggal berdua dengan
isterinya di tengah hutan. Saya tertegun.

33. Saya termangu melihat wajahnya yang menyiratkan sbg pribadi bahagia &
tenang. Bukan sekedar kebetulan sedang bahagia.

34. Betapa ringan ia mnghadapi dunia, meski HPnya sudah tak bertutup di bagian
belakang. Pengen bawakan ia HP tahan banting, awet baterai.

35. Masih amat banyak hal yang patut direnungi. Tapi izinkan saya menata hati.
Betapa kecilnya diri ini di hadapan mereka.

36. Nasehati saya, nasehati saya & do'akan. Teringat sebuah hadis, tapi saya
belum menemukan penjelasan ttg status hadis ini (bisa bantu?).

37. тАЬTdk akan trjadi kiamat sbelum muncul golongan yg mncari makan melalui
lidah-lidah mrk, sprti sapi yg makan dg lidah-lidahnya.тАЭ HR Ahmad

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons | Re-Design by PKS Piyungan